Pada hari Jumat, 29 Juli 2023 di Dusun Jatinom, Desa Gedong, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri telah melaksanakan pencerdasan mengenai Pengembangan Pemasaran UMKM Jamu Tradisional Jatinom dalam Upaya Peningkatan Taraf Ekonomi Masyarakat dan Pelestarian Agribisnis oleh mahasiswa/I KKN Tim II Universitas Diponegoro. Kegiatan tersebut menghadirkan para penjual dan pengusaha jamu tradisional di Dusun Jatinom. Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan inovasi strategi pemasaran jamu tradisional di era digital dan perkembangan teknologi saat ini untuk meningkatkan taraf ekonomi dan pelestarian agribisnis di Desa Gedong.
Jamu tradisional di Desa Gedong, khususnya Dusun Jatinom masih memiliki peminat yang cukup tinggi. Para penjual jamu tradisional ini masing-masing telah memiliki pelanggan tetap setiap harinya. Persaingan antar penjual jamu tradisional berlangsung sehat, karena masing-masing berkeliling ke dusun dan daerah yang berbeda-beda. Para penjual jamu tradisional tersebut beberapa memakai sepeda motor saat berkeliling menjual jamu, namun juga masih terdapat yang berjalan kaki atau biasa disebut dengan ‘jamu gendong.’
Mereka juga masih mengolah jamu secara tradisional, dimulai dari penanaman rempah-rempah hingga proses pengolahannya. Para penjual tersebut sebagian besar menanam rempah-rempah secara mandiri di lahan mereka. Proses pengolahan juga berlangsung secara tradisional dengan menggunakan tenaga manusia.
Pemasaran jamu tradisional yang mereka produksi berlangsung dari mulut ke mulut dan sudah terjadi berpuluh-puluh tahun. Mereka mengatakan apabila pemasaran yang dilakukan belum cukup mengikuti perkembangan digital saat ini. Mereka masih memercayai pemasaran dari mulut ke mulut dan mengandalkan pelanggan yang telah berlangsung lama sudah cukup untuk mengembangkan usahanya dibandingkan dengan mengikuti aus teknologi dan digitalisasi. “Perkembangan digital terkadang sulit diikuti, karena semua serba pakai HP atau laptop. Jadi kalau orang tua seperti kita ini ya nggak terlalu paham” ujar Emi (salah satu penjual jamu tradisional).
Berangkat dari permasalahan tersebut, mahasiswa/i KKN Tim II Universitas Diponegoro di Desa Gedong 2023 melakukan inovasi strategi pemasaran untuk meningkatkan branding dan penjualan jamu tradisional tersebut. Tujuan dari branding ini adalah untuk lebih memperluas produk jamu tradisional Dusun Jatinom agar lebih banyak dikenal oleh masyarakat luas dan tidak hanya terbatas di Desa Gedong. Inovasi ini dilakukan dengan cara pengenalan dan pembuatan label produk jamu tradisional sebagai identitas produk.
Label sebagai identitas produk berguna untuk memperkenalkan produk yang berisi informasi mengenai produk tersebut. Seperti nama produk, jenis atau macam produk, khasiat, manfaat, nomor HP untuk mempermudah pemesanan. Hal-hal tersebut penting untuk dicantumkan agar dapat menarik para pelanggan dan dapat dengan singkat serta jelas dalam memperkenalkan produk.
Adanya pengembangan produk UMKM pada Jamu Tradisional Dusun Jatinom, Desa Gedong menjadi salah satu upaya mahasiswa KKN TIM II Undip untuk melestarikan sektor agribisnis di Desa Gedong. Jamu tradisional yang dihasilkan melalui penanaman langsung empon-empon di Dusun Jatinom, menjadi salah satu faktor yang dapat mengembangkan pelestarian agribisnis, karena dengan pengembangan produk UMKM jamu tradisional di Dusun Jatinom melalui berbagai bentuk inovasi yang diberikan, dapat memberikan lapangan kerja bagi para petani empon-empon, dan peningkatan kualitas empon-empon yang ditanam karena adanya pengembangan yang diberikan.
Oleh karena itu, pengembangan UMKM jamu tradisonal di Desa Gedong khususnya Dusun Jatinom menjadi bagian penting dari budaya Indonesia dari sektor agribisnis yang memiliki nilai historis di Desa Gedong, melalui kerjasama antara komunitas pedagang jamu tradisional lokal dan perangkat desa di Dusun Jatinom.
Selama proses pencerdasan dan diskusi, para penjual jamu setuju bahwa penggunaan label dengan identitas produk secara singkat dan jelas dapat memperluas pengenalan produk mereka. Para penjual jamu tradisional Dusun Jatinom belum ada yang menggunakan label sebagai identitas produk mereka. Mereka mengaku bahwa pembuatan label yang tidak mudah menjadi kendalanya. Selain itu, mereka juga mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan label dengan penjualan jamu mereka.
Saran yang dapat diberikan adalah untuk tahap awal mereka para penjual jamu ini dapat bersama-sama membuat label agar mendapat harga cetak yang lebih murah, sehingga mereka dapat meminimumkan pengeluaran untuk label.