Tiktok membawa trend, bahkan dapat dibilang budaya yang baru dalam ber-media sosial. Maraknya penggunaan jejaring sosial Tiktok dikalangan masyarakat modern saat ini, sangat memungkinkan terbentuknya masyarakat media baru yang cukup besar pengaruhnya terhadap iklim ber-media sosial pada media-media lain. Dibalik trend positif yang Tiktok bawa, ada segelintir masalah yang timbul, yaitu maraknya perilaku Cyberbullying didalamnya. Cyberbullying adalah kejahatan yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk fitnah, cemooh, kata-kata kasar, pelecehan, ancaman dan hinaan yang terjadi pada dunia maya atau jejaring Sosial.
Pada jejaring sosial Tiktok, Dapat dilihat pada kolom komentar pada video tiktok biasanya yang sering ditemui adalah cemooh, entah itu dari segi fisik si pembuat konten ataupun faktor lain. Tak ayal kata kasar serta berbagai macam pelecehan pun marak ditemukan juga. motif apa yang memegang peranan penting dalam terjadinya kasus Cyberbullying pada jejaring sosial Tiktok ini?
Kemudian, bagaimana caranya menghindari atau bahkan melawan Cyberbullying pada jejaring sosial Tiktok, serta ingin mengetahui apa yang benar-benar dirasakan baik oleh si pembuat konten, maupun pelaku Cyberbullying. Apakah ada rasa kepuasan? Merasa bahwa harga dirinya naik, setelah melakukan Cyberbullying kepada para pembuat konten, atau malah itu menjadi pelarian dari dunia nyata?Â
Setelah berselancar pada aplikasi Tiktok, terdapat banyak sekali contoh Cyberbullying pada kolom komentar. Seperti Hate Comment, Hate Speech, Pelecehan, dan banyak lagi. Salah satu contohnya, terdapat pada akun @seiraacapella dan @denise.charista. jenis hate comment yang terdapat pada kedua akun ini berbeda. Pada akun @seiraacapella jenis Cyberbullying yang terdapat biasanya membahas soal fisik, maupun personanya yang terkesan dibuat-buat pada setiap kontennya. Sedangkan pada @denise.charista dominasi hate comment lebih condong soal kontennya yang menyinggung kekayaan, pamer, dan sebagainya.Â
Motif yang mungkin terjadi adalah motif sosiogenis. Motif ini berawal dari pemikiran W.I Thomas dan Florian Znaniecki, David McClelland, Abraham Maslow dan Melvin H. Marx. Motif sosiogenis dapat diartikan sebagai berikut : Motif ingin tahu, motif kompetensi, motif harga diri, motif cinta, kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan akan pemenuhan diri. Sehingga jika kita tilik menggunakan perspektif teori uses and gratification semuanya menjadi satu garis yang sama.Â
Dalam teori Uses and gratification mengungkapkan bahwa penggunaan media berdasarkan motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan yang menyebabkan manusia menggunakan media. Karena individu menggunakan media untuk mencapai tujuan dan kebutuhan yang diinginkan, maka demi mencapai tujuannya berbagai usaha pun ditempuh dalam memenuhi kebutuhannya melalui media.
Motivasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya melalui media pun berbedabeda. Pada aplikasi Tiktok, saya menyimpulkan bahwa terdapat motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas, dimana keinginan pelaku Cyberbullying untuk mencari perhatian dari orang atau pengguna lain pada aplikasi Tiktok. Outputnya dapat berupa likes, atau mungkin pengikut atau followers. Seiring berjalannya waktu, berbagai inovasi terkait upaya memberantas Cyberbullying terus dilakukan oleh pihak pengembang aplikasi.Â
Salah satu upaya yang dilakukan oleh tiktok dalam memberantas Cyberbullying adalah membuat campaign bersama dengan komunitas anti-Cyberbullying, Sudah Dong. Campaign ini bertujuan untuk membuat kultur ber-internet yang kreatif dan bebas dari Cyberbullying dengan tagar #SamaSamaNyaman. Output dari campaign ini adalah sebuah buku panduan yang berjudul Sama-Sama Aman, Sama-Sama Nyaman. berisi tentang apa itu Cyberbullying, bagaimana bentuknya, bahkan menjelaskan tata cara tentang bagaimana untuk melaporkan user, Â jika kita melihat bentuk Cyberbullying pada Tiktok. Sebelumnya, Sudah Dong merupakan sebuah komunitas dan gerakan anti-bullying yang mengambil sikap tegas terhadap bullying dan secara aktif meningkatkan kesadaran publik indonesia tentang kasus dan isu bullying di indonesia.
Peran para pengembang aplikasi terhadap ekosistem yang ada didalamnya, merupakan suatu  hal yang fundamental yang berhubungan dengan iklim seperti apa yang akan tercipta pada aplikasi itu sendiri. Cyberbullying terjadi karena banyak faktor, tak dapat dipungkiri hal sekecil apapun bisa jadi pemicu adanya Cyberbullying. Oleh karena itu adanya peran dari pengembang aplikasi dapat membatasi adanya pergerakan Cyberbullying itu sendiri. Tiktok dan Cyberbullying jika di analogikan seperti kerbau dan kutu, kemudian kita para pengguna seperti burung jalak, hanya tinggal memilih. Ingin membiarkan sang kerbau dikerubungi oleh kutu, atau kita bantu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H