Gelombang penolakan yang bertubi-tubi terhadap aksi share Swap Mitratel yang dilakukan oleh DPR RI, Menteri BUMN, dan Komisaris Telkom seakan tidak menggoyahkan Direksi Telkom untuk terus melanjutkan aksi korporasi tersebut. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan, mengapa Telkom begitu kekeh untuk melanjutkan Swap Mitratel?
Sebelumnya finalisasi transaksi swap Mitratel direncanakan selesai pada akhir Juni 2015, namun hingga 30 Juni 2015 yang terjadi malah adanya perbedaan pendapat antara Menteri BUMN Rini Soemarno dengan Direksi Telkom. Seusai Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR (30/6) Rini menyatakan pernyataan batalnya transaksi Mitratel disampaikan oleh dewan komisaris. Dewan komisaris dan direksi sudah bersama-sama menyetujui bahwa transaksi ini batal.
Pernyataan Rini tersebut segera dibantah oleh pihak Telkom, melalui pemberitaan yang masif di banyak media Telkom menyatakan bahwa aksi Swap Mitratel dengan TBIG tetap dilanjutkan. Hal itu dilakukan menyusul penandatanganan perpanjangan Conditional Share Exchange Agreement (CSEA) antara Telkom dengan TBIG Selasa (30/6). Sesuai kesepakatan kedua pihak, CSEA berakhir pada 30 Juni 2015 dan dapat diperpanjang. Karena masih adanya sejumlah syarat yang belum terpenuhi, Telkom dan TBIG akhirnya bersepakat untuk memperpanjang batas akhir penyelesaian transaksi ini hingga bulan September tahun ini.
Pihak Telkom yang diwakili VP Corporate Communication Arif Prabowo mengatakan perpanjangan ini dilakukan lantaran Telkom menghormati proses review dan klarifikasi dari Komisi Pemberantasan Korupsi yang kini masih berlangsung. Disamping itu Telkom juga masih menunggu lanjutan RDP dengan Komisi VI DPR yang masih di skors.
Sebelumnya juga Komisi VI DPR berulang kali menyatakan penolakannya terhadap Swap Mitratel. Ketua Komisi VI DPR Hafizs Tohir menegaskan hal tersebut setelah Telkom melakukan kesepakatan perpanjangan CSEA dengan TBIG.
Komisaris Telkom, Hendri Saparini bahkan mengatakan bahwa keputusan untuk menolak transaksi swap Mitratel telah ada sejak 7 Januari 2015. Hendri menilai bisnis menara telekomunikasi (tower) bagi Telkom masih menguntungkan sehingga tidak ada alasan untuk melakukan transaksi share swap tersebut. Lebih lanjut, Hendri mengungkapkan Dewan Komisaris saat ini menanti manajemen Telkom untuk segera mengajukan proposal aksi korporasi baru dari perseroan. Diharapkannya proposal tersebut lebih bisa memperhatikan aspek strategis dan aspek kepentingan nasional, tidak hanya sekedar aspek finansial dan bisnis.
Dengan adanya penolakan dari berbagai pihak tersebut tentunya kita bisa mengambil kesimpulan bahwa posisi Telkom dalam keadaan yang terjepit. Direktur Utama Telkom, Alex J. Sinaga sendiri mengungkapkan jika keputusan akhir transaksi ini tetap berada di tangan Dewan Komisaris.
Dengan asumsi bahwa Komisaris tetap teguh pada pendiriannya, maka mudah saja bagi kita untuk memprediksi bahwa pada akhirnya transaksi Swap Mitratel ini akan batal dilaksanakan. Perpanjangan masa transaksi juga diyakini hanya sekedar untuk memperpanjang nafas belaka, walau hasil akhirnya tetap saja ketahuan.
Wajar jika kemudian masyarakat bertanya-tanya, mengapa Telkom tetap saja kekeh memaksakan Swap Mitratel yang peluang terlaksananya sangat kecil? Manuver apa lagi yang akan dilakukan Telkom untuk memuluskan transaksi tersebut? Daripada terus berandai-andai lebih baik kita simak terus drama yang semakin seru ini.
Â
Â