Mohon tunggu...
Adam
Adam Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Manusia Biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sumpah Pemuda:Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi..!?

30 Oktober 2014   13:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:11 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="200" caption="http://en.wikipedia.org"][/caption] PERTAMA. KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA. KEDOEA KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA. KETIGA. KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA. Sekitar 82 tahun lampau, ratusan pemuda dari beraneka latar belakang suku, dan daerah berkumpul di sebuah bangunan di Jalan Kramat Raya 106 Jakarta Pusat, sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong. Pada rapat penutup di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106 itu, para pemuda yang hadir mengucapkan suatu Sumpah Setia yang dikemudian hari dikenal dengan Sumpah Pemuda. Sumpah Setia itu merupakan hasil rumusan Kongres Pemuda Kedua yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres Pemuda Kedua itu konon merupakan respon dan reaksi para pemuda atas Kongres Pertama di tahun 1926. Dalam catatan sejarah, disebutkan bahwa ormas pemuda memboikot kongres tahun 1926 karena ditumpangi kepentingan Zionis atau Freemasonry dan Belanda. Lokasi Konggres Pertama yang berada di loge Broederkaten di Vrijmetselarijweg dan peran Theosofische Vereeniging (TV) sebagai penyandang dana Kongres Pemuda I 1(926) itulah yang kemudian menjadikan para pemuda memboikot kongres (lihat: Jejak Sejarah Yahudi di Indonesia, Ridwan Saidi). Pada kongres yang terjadi pada tanggal 28 maka tercetuslah 3 buah kalimat ajaib diatas, kalimat yang akan menjadi titik terbang peran pemuda indonesia dalam memberikan kontribusi bersatu dalam membebaskan negeri ini dari cengkraman penjajah yang sudah ‘menjamur’ karena sudah sangat terlalu lama mencengkram negeri ini. Ketika rasulullah saw wafat, berdasarkan bebrapa pertunjuk dari rasulullah saw, maka diangakatlah abu bakar ash-shidiq menjadi khalifah pertama yang memimpin uamt islam. Kemudian waktu terus berganti, sampailah saatnya Abu Bakar Ashidiq dipanggil oleh Allah swt, pergi menyusul kekasihnya yang sudah duluan membawa kerinduan dan kebimbangan kepada umat-umatnya. Setelah abu bakar meinggal maka umat islam kebingungan menentukan siapa yang kan menjadi penggantti abu bakar. Kemudian berdasarkan kesepakatan sahabat, maka deirencanakanlah untuk mengangkat umar bin khatab sebagai khalifah ke dua. Namun ,apa yang terjadi? Umar adalah orang pintar, seorang yang tegas, gagah, dan tahu beratnya menjadi seorang khlaifah. Maka sang alfaruq itu mengatakan ketidaksanggupannya untuk menjadi khalifah. Kemudian hal itu deketahui oleh ali bin abi thalib. Tanpa menunda waktu lagi, Ali pergi menemui langsung umar bin khatab. Kemudian tahukah kamu kawan apa yang dilakukan ali kepada umar, apakah ia marah-marah kepada umar? Apakah ia menceramahi umar habis-habisan sehingga umar mau menjadi khalifah? Tidak kawan! Ali hanya menyampaikan sebuah kalimat yang langsung meluluh lantakkan kekerasan umar dan lululh seketika. Ini lah kalimat itu, “Wahai umar, Kalau Bukan kita yang memimpin umat ini, siapa Lagi?!” Benar, ‘Kalu bukan kita siapa lagi?!’ Pemuda! Kenapa sudut pandang kita selalu melihat kepada orang lain. Padahal hal yang besar itu ada ditangan kita, dipundak kita, bahkan mungkin kita jugalah orang yang akan membuat sebuah perubahan yang besar. Dan itulah hal yang dilakukan oleh pemuda-pemuda 82 tahun yang lalu, seandainya salah seorang atau beberapa orang dari mereka tak punya fikiran bahwa kalau bukan mereka yang bertindak, mau mengharap siapa lagi?! Maka sumpah pemuda takkan pernah ada dimuka bumi ini. Takkan pernah ada kawan. Dan hal-hal besar takkan pernah tercipta dimuka bumi ini seandainya semuanya berharap pada orang lain, dan terus berharap biarlah orang lain yang berbuat sedangkan kita hanya diam jadi penonton abadi. Dan orang-orang besar itu terlahir karena mereka sadar bahwa mereka yang harus melakukan hal itu, mereka sadar bahwa mereka yang harus menciptakan hal itu, karena ‘Kalau Bukan kita siapa lagi?!’ Wahai para pemuda, ini adalah zaman kita, ini adalah perdaban kita, ini adalah hari kita, ini adalah kewajiban kita. “Perubahan ini ada ditangan kita, sejarah baru ada ditangan kita. Bangsa ini takkan besar karena hanya dengan darah satu orang, takkan pernah jaya hanya dengan ide satu orang”. Karena semua itu ada ditangan kita semua. Kalau bukan kita siapa lagi?!. Hal besar yang diajarkan oleh sumpah pemuda adalah persamaan. Sekarang bukan lagi waktunya untuk mengikis waktu hanya untuk bergelut mempertahankan perbedaan, bersikeras dengan segala kecongkakan sebuah perbedaan, tapi sekarang yang kita cari adalah persamaan untuk membangun bangsa ini, bangsa yang tertatih tatih mencari jati diri., bangsa yang besar yang lagi menunggu nakhoda hebat untuk berlayar merentas keemasan. Bangsa yang lagi menanti seorang panglima yang siap menaklukkan stagnasi-stagnasi kehancuran moral sosial. Lalu siapah orang yang dinantikan oleh bangsa ini?, ‘Kalau Bukan Kita, Siapa lagi?!’

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun