Tradisi Nyadran merupakan salah satu tradisi yang masih lestari di desaku, yaitu desa Kedungsari Kecamatan Magelang Utara. Di daerahku menyebut tradisi ini denganan tradisi Sadranan, namun pada setiap daerah memiliki sebutan yang berbeda-beda yang diantaranya menyebut dengan Ruwahan dan Safaran.Â
Kata Nyadran berasal dari bahasa Sansekerta yaitu "sradha" yang berarti keyakinan.Tradisi Nyadran memiliki beberapa ritual yang dilakukan saat melakukan upacara adat Sadranan. Ritual yang dilakukan pada tradisi Sadranan yaitu seperti ziarah makam, berseh, slametan, dan pengajian yang diisi oleh kyai lokal.
Di desa Kedungsari, Nyadran merupakan bentuk tradisi yang digunakan untuk menghormati leluhur. Pada kegiatan adat tersebut, setiap satu keluarga membawa makanan yang akan di suguhkan kepada keluarga lain. Tradisi Nyadran dilakukan setiap tahun yang diadakan sebelum bulan Ramadhan. Bukan hanya bentuk penghormatan leluhur, Sadranan juga dapat memperkuat kerukunan dan toleransi antar warga.
Masyarakat desa sangat antusias pada kegiatan Sadranan, karena kegiatan Sadranan dilakukan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Dengan adanya upaca adat Sadranan juga masyarakat dapat meluangkan waktu untuk berkumpul dengan sanak saudara.Â
Dalam tradisi Nyadran, terdapat nilai-nilai yang terkandung yaitu gotong-royong, Musyawarah dan toleransi. Dengan banyaknya dampak baik yang didapatkan, aku berharap agar budaya ini dapat lestari hingga generasi berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H