Mohon tunggu...
Adam Fajar Putra Yogi
Adam Fajar Putra Yogi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

independen.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Literasi Membangkitkan Empati?

9 Januari 2021   17:04 Diperbarui: 9 Januari 2021   17:11 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tantangan kehidupan social saat ini meningkat dengan kompleksitas yang tak terbayangkan sebelumnya. Tatanan masyarakat yang awalnya terjaga keramahannya kini berubah menjadi masyarakat yang mudah terbawa emosionalnya. Seakan-akan kebencian sudah sangat melekat pada diri masing-masing individu. Seakan tak ada lagi empati dihati masyarakat yang sebagian dari mereka melihat kehidupan ini sebagai kehidupan yang hitam putih saja.

Mengapa kebencian merajai kehidupan kita saat ini? Bagaimana dengan masa depan bangsa jika generasi muda dibesarkan dengan kebencian? Apa yang sudah kita siapkan untuk menghadapi pergeseran nilai-nilai kemanusiaan pada generasi selanjutnya? Dan masih banyak lagi pertanyaan mengenai hal itu.

Empati menjadi penting dalam lingkungan pendidikan saat ini. Terutama dalam memahami setiap masalah yang muncul dari perspektif orang lain serta menciptakan solusi yang menemukan titik penyelesaian.

Kondisi ini merasuk hampir di semua elemen masyarakat, bahkan juga sampai ke remaja dan anak-anak. Dalam konteks pembangunan karakter bangsa yang diharapkan untuk menuju masa depan, justru situasi ini tentunya sangat tidak menguntungkan.

Maka sekolah menjadi titik tumpu permulaan dalam melatih empati kepada generasi. Sebagai sebuah keterampilan, empati merupakan perkara besar dan mendasar untuk dijadikan sebagai acuan dalam pembelajaran. Dengan menanamkan empati ke dalam otak individu, empati akan memainkan peran penting dalam inovasi, perubahan keputusan, dan memecahkan masalah secara sistematis. Sejatinya, empati akan membawa kita pada kesadaran untuk berkontribusi dalam menyelesaikan setiap masalah yang muncul timbang membiarkan masalah menjadi liar dan tanpa solusi.

Mengolah atau mengasah perasaan bagian dari membangun karakter. Pendidikan mengasah rasa dapat dilakukan melalui banyak cara. Bukan hanya sekedar melalui penjelasan definisi tetapi juga salah satunya dengan literasi.

Mengapa buku karya sastra menjadi pilihan untuk dibaca? Karena pada dasarnya buku karya sastra banyak mengemukakan permasalahan yang sangat bermanfaat bagi perkembangan psikologis, pembaca akan mengalami pengalaman batin sehingga akan membentuk kepribadian dalam diri individu/pembaca.

Ini sejalan dengan pemikiran bahwa keberhasilan seorang individu tidak semata-mata dari kecerdasan intelektualnya saja, melainkan yang terpenting adalah kecerdasan emosionalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun