Blimbing, Malang- - - Dalam upaya memberikan langkah preventif guna membantu guru BK dalam mendeteksi pada siswa, Mahasiswa UM melakukan pengabdian masyarakat dengan melakukan psikoedukasi kesehatan mental dan pelatihan pelatihan peer counseling corner  SMP-SMA Plus AL-Kautsar. Kegiatan ini dapat bermanfaat sebagai pengetahuan awal pada siswa SMP-SMA Plus AL-Kautsar sebagai dasar pengetahuan kesehatan mental dan mengenalkan fungsi dari guru BK.
Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang sering kali disertai dengan perubahan fisik dan psikis. al ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengendalikan perubahan yang terjadi, sehingga muncul berbagai permasalahan mental. Menurut Badan Pusat Statistik (2018), lebih dari 50% anak laki-laki dan perempuan di perkotaan mengalami kekerasan emosional, yang dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental di kalangan remaja.
SMP-SMA Al-Kautsar Malang merupakan salah satu sekolah akhlak yang terdapat di Kota Malang. Sekolah ini memiliki berbagai fasilitas yang memadai, termasuk ruangan bimbingan dan konseling (BK). Meskipun fasilitas ruangan serta guru BK sudah tersedia, beberapa siswa-siswi tetap enggan melakukan konseling dengan guru BK. Hal ini diakibatkan oleh kecemasan anak terhadap adanya pandangan negatif  ketika seorang individu masuk ke dalam ruang BK.
Hal ini berdasarkan wawancara observasi yang dilakukan bersama narasumber Ibu DS sebagai Kepala Sekolah SMP-SMA Plus Al Kautsar MalangÂ
"Ya, .. anak-anak itu masih banyak yang malu buat masuk ke ruang BK (bimbingan konseling), karena pandangan dari teman-temannya juga ya. Jadi habis keluar dari ruangan BK mesti kayak digodain sama teman-temannya."
   Sebagai langkah awal dilakukan psikoedukasi tentang kesehatan mental tentang     pengenalan emosi kemudian dilanjut dengan komponen menyebabkan kesehatan mental dan tidak seperti emosional, psikologis, dan sosial. Dari komponen tersebut muncul faktor yaitu faktor eksternal seperti lingkungan dan budaya dan faktor internal seperti genetik. Kemudian menjelaskan dampak apa yang dapat terjadi ketika kesehatan mental terganggu. Mahasiswa UM juga menjelaskan kepada siswa tentang pentingnya guru BK dalam mengetahui permasalahan secara emosional dan juga fisik yang dihadaapi siswanya.
Langkah selanjutnya mahasiswa UM memberikan pelatihan dan pembentukan peer counseling corner kepada beberapa siswa anggota PMR di SMP-SMA Al-Kautsar Malang. Kegiatan dimulai dengan penyampaian materi tentang konselor sebaya dilanjutnya dengan kegiatan role play sebagai media pelatihan menjadi konselor sebaya. "Konselor sebaya itu dapat menjadi tempat untuk kalian menyampaikan kegelisahan tentang permasalahan yang dihadapi" ujar Adam Diki salah satu mahasiswa UM.Â
Konselor sebaya dapat membantu guru BK dalam mengetahui permasalahan awal yang dihadapi siswa dan sebagai tindakan preventif dari guru BK untuk menangani permasalahan mendasar. Konselor sebaya juga bermanfaat untuk siswa sebagai pengetahuan awal bagaimana membantu teman-teman yang mengalami masalah.
Namun, penting untuk menekankan bahwa kegiatan psikoedukasi dan pelatihan konseling sebaya ini tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membangun kepercayaan diri siswa dalam mengatasi masalah kesehatan mental. Dengan adanya konselor sebaya, siswa dapat merasa lebih nyaman untuk berbagi perasaan dan pengalaman mereka, menciptakan lingkungan yang lebih mendukung di sekolah. Ini juga dapat membantu mengurangi stigma seputar kesehatan mental dan mendorong siswa untuk lebih aktif dalam menjaga kesejahteraan emosional mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H