Right man on the right place, mungkin kita pernah denger kalimat itu ya. Orang yang tepat untuk tempat yang tepat, seperti halnya seorang Gubernur pemimpin administrasi haruslah orang yang tepat untuk mengisinya san jakarta saat ini sedang gaduh karna sedang memilih siapa yang paling tepat untuk posisi itu.
Diawal putaran pilkada saya sudah menduga mas Agus akan diurutan buncit karna siapa sih dia? Tiba-tiba muncul pengen jadi gubernur setelah berhenti dari profesinya sebgai tentara walaupun anak Mantan Presiden sekalipun sepertinya gak ngaruh deh dan nyatanya betul yang saya perkirakan akhirnya setelah putaran pertama selesai mas Agus berada diposisi terakhir dengan perolehan suara yang tak mencapai 20%.
Setengah hati saya sadar bahwa penilaian saya itu ternyata sangatlah subjektif karna kebetulan mengagumi Paslon lain, ya walaupun dari segi pengalaman jelas tidak terbantahkan mas Agus masih kalah dari dua pasang calon lainnya.
Ada hal yang membuat saya akhirnya menyesal menyimpan mas agus diurutan buncit dari semua pilihan lain yaitu ketika pidato kekalahannya disaat itu agak merinding melihat sosok yang gagah perkasa menyatakan kekalahannya buat saya disaat pidato itu mas Agus sudah Menang, mengapa? Bukanlah kebiasaan para kebanyakan politikus Indonesia yang mampu melakukan hal itu, dengan sangat baik dan santun mas Agus menyatakan kalah dan memohon maaf kepada para pendukungnya.
Setelah itu sisi subjektifitas sayapun akhirnya terkikis menjadi jauh lebih objektif melihat mas Agus dan lelaki gagah ini bukannya tidak pantas memimpin jakarta hanya saja muncul diwaktu yang tidak tepat. Yang menjadi poin plus buat saya tentang mas Agus ini ada beberapa point : Rela mengorbankan karir Militernya untuk terjun ke dunia politik ya walau sampai saat ini belum jelas apa motifnya namun saya menduga atas motivasi dari Ayahandanya sang mantan Presiden RI ke 6 lah akhirnya mas Agus mau mencalonkan diri, selain itu mas Agus ini saya rasa dia termasuk Cagub yang paling Fairplay dia gak akan serang lawan jika tidak diserang dahulu jauh lebih santun dari Cagub lainnya bahkan masih lebih baik dari Pak Anies, dan masih banyak poin plus lainnya ketika saya berusaha objektif menilai mas Agus.
Setelah putaran pertama menuju keputaran kedua ada pasangan yang membuat saya miris dan menyesalkan mengapa tidak mas Agus saja yang menjadi duel di ronde ke dua ini melawan Petahana, agak kontradiktif gitu ketika sering menggaungkan kalimat "Merajut kebinekaan" dengan kampanye yang aahhh sudahlah dan pendukung yang malah merusak kebinekaan itu sendiri dan mungkin mas Agus akan lebih baik untuk itu karna dia adalah seorang Prajurit yang paham betul tentang kebinekaan.
Ini hanya opini, ini hanya curhatan. :D
Dan diwaktu dan tempat yang tepat mungkin mas Agus akan diperhitungkan sebagai Tokoh pemimpin masa depan.
Nb: mas Agus satu lagi, cari partnernya yang lebih kece dari mpok sylvi ya :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H