Mohon tunggu...
ADAM ANUARI
ADAM ANUARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politik Universitas Brawijaya

Halo! Saya adalah Adam Anuari, seorang mahasiswa ilmu politik dengan semangat yang tak terbendung untuk menjelajahi kompleksitas dunia politik melalui kata-kata. Saya melihat diri saya sebagai penjelajah pemikiran yang senantiasa antusias dalam menggali isu-isu terkini dan menarik yang menggerakkan roda politik di dunia ini. Dalam setiap tulisan yang saya hasilkan, saya berusaha menghadirkan analisis mendalam yang menerangi lapisan-lapisan konsep politik. Kecintaan saya terhadap ilmu politik tidak hanya memotivasi saya untuk memahami mekanisme kebijakan dan dinamika pemerintahan, tetapi juga mengajak saya untuk berpikir kritis dan mempertanyakan asumsi-asumsi yang ada. Dengan pena sebagai senjata utama, saya mengamati peristiwa-peristiwa global dan nasional, serta menyusun tulisan-tulisan yang mengupasnya secara objektif dan informatif. Saya meyakini bahwa melalui kata-kata, kita dapat memberikan pandangan yang dapat mempengaruhi persepsi dan mendorong perubahan positif.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hampir Punah, Inilah Pujian Dhemmong Tradisi dari Desa Kedunglo, Situbondo

20 Agustus 2023   15:30 Diperbarui: 20 Agustus 2023   15:46 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Penulis (Kelompok 644 MMD UB)

Situbondo merupakan sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini terletak di bagian timur Pulau Jawa dan berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo di sebelah barat, Kabupaten Bondowoso di sebelah timur, Selat Madura di sebelah utara, serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Lumajang di sebelah selatan. Ibu kota Kabupaten Situbondo adalah kota Situbondo.

Kabupaten Situbondo sendiri memiliki kebudayaan dan tradisi yang beragam, mulai dari yang agamis hingga magis. Kebudayaan ini hadir dari berbagai daerah atau desa yang ada di Situbondo, salah satunya adalah Desa Kedunglo.

Desa Kedunglo merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Masyarakat desa Kedunglo memiliki beragam kebudayaan dan tradisi, baik yang agamis maupun magis, serta yang masih kental digiatkan maupun yang sudah hampir hilang.

Salah satu tradisi yang rutin dijalankan adalah pengajian mingguan dan longnolongi, yang artinya tolong-menolong. Longnolongi biasanya dilakukan ketika ada warga sekitar yang melakukan perayaan atau peringatan, seperti resepsi pernikahan dan tahlilan, di mana para tetangga membantu warga yang menyelenggarakan acara tersebut. 

Selain yang rutin dilakukan, ada juga kebudayaan/tradisi yang sudah hampir hilang, yakni tradisi Pujian Dhemmong. Pujian Dhemmong merupakan salah satu tradisi memanggil hujan asal desa kedunglo yang berisikan dengan nyanyian, tarian, dan iringan musik dari mulut di mana tradisi ini dilakukan oleh banyak orang selama 7 hari 7 malam.

Pujian Dhemmong dilakukan dengan berjalan dari Asta Tekos, yang merupakan suatu batu sakral yang dibungkus dengan kain, ke arah barat dan di setiap pertigaan berhenti untuk melakukan ritualnya. Menurut Pak Mahwi (salah satu penari tradisi Pujian Dhemmong, Desa Kedunglo), batu ini dapat dijadikan tempat berdoa meminta segala hajat dan apabila mengucapkan perkataan buruk yang ditujukan kepada Asta Tekos niscaya hal buruk akan terjadi pada orang tersebut.

Asal-usulnya tradisi ini konon katanya dari masyarakat petani yang hendak menanami lahannya meminta hajat agar pertaniannya sukses dan perairan lahannya lancar. Mereka biasanya datang ke Asta Tekos dengan membawa sesajen atau persembahan untuk meminta hajat di sana, yang disebut dengan memuji. “Bukan hanya untuk permintaan hujan saja, namun bisa meminta hajat apapun” Kata Pak Mahwi, salah satu penari dari tradisi Pujian Dhemmong.

Sayangnya, Pujian Dhemmong belum diwariskan secara turun-temurun kepada generasi muda sehingga menyebabkan hampir hilangnya tradisi ini. Adanya adaptasi tradisi juga menjadi salah satu faktor hampir hilangnya Pujian Dhemmong ini, ditambah tradisi ini hanya akan dilakukan ketika ada warga yang berkepentingan meminta. Menurut beberapa sumber, dewasa ini warga lebih cenderung memilih untuk melakukan shalat dan berdoa bersama di tandon (tempat penampungan air letaknya di atas bukit) atau berdoa di makam Wali Songo. Akibat ini, Pujian Dhemmong ini sudah lama tidak dilakukan dan belum ada inisiatif untuk melestarikannya.

Sebagai generasi muda, generasi penerus bangsa, kita wajib untuk lebih dalam mencari tahu kekayaan budaya dan tradisi bangsa dalam rangka untuk melestarikannya. Budaya merupakan harta warisan sekaligus identitas bangsa. Apabila hilangnya suatu budaya dan tradisi, lantas bagaimana dengan identitas kita sebagai anak bangsa dan apa yang dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun