Transformasi digital dinilai sebagai salah satu tantangan yang dihadapi pers di era ini. Apalagi, pekerja pers dituntut untuk menghasilkan karya-karya terbaik guna memberikan berita yang akurat dan relevan, sehingga dapat membantu masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Dalam media sosial, algoritma dinilai sebagai keniscayaan dan dilema bagi pers. Sedikit saja mereka tidak mengikutinya, maka akan tertinggal. Sehingga pers harus menyesuaikan produk jurnalismenya dengan algoritma, termasuk judul dan kontennya. Berita yang dihasilkan bukan lagi semata-mata untuk kepentingan publik, tapi juga untuk memenuhi standar algoritma yang berlaku.
Situasi ini mengganggu integritas pers karena praktik jurnalistik tidak lagi dilakukan secara independen, melainkan dipengaruhi oleh preferensi algoritma.
Persaingan media dalam menarik perhatian publik sering kali dipengaruhi oleh algoritma. Ironisnya, beberapa konten yang kurang berkualitas dibuat hanya demi menarik perhatian dan tidak memberikan informasi yang bermutu, bahkan dapat memengaruhi opini pembacanya.
Persoalan ini bergantung pada algoritma media sosial, sehingga sah-sah saja pers melakukan penyesuaian. Namun, yang paling penting adalah upaya ekstra untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat bahwa pers harus selalu berkomitmen untuk memberikan berita yang akurat dan relevan untuk membantu masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Menjunjung tinggi kode etik dalam jurnalisme dan memastikan kualitasnya tetap terjaga sangat penting. Meskipun algoritma tidak selalu memprioritaskan kualitas, publik tetap membutuhkan informasi yang berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H