Mohon tunggu...
Adam Afrixal Sinuraya
Adam Afrixal Sinuraya Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Penulis Biasa

Seorang pelajar seumur hidup. Saya ingin berbagi pemikiran dan pengalaman saya lewat berbagai hal. di kompasiana saya ingin belajar menulis lebih lanjut. https://www.adamafrixal.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

"Victim Blaming," Pelecehan Seksual dan Respons Masyarakat yang Harus Musnah

8 November 2018   09:41 Diperbarui: 3 Juli 2020   21:56 5772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Victim Blaming adalah sebuah istilah yang menyalahkan korban terhadap kesalahan atau bencana yang menimpa dirinya sendiri. Victim blaming masih sering dilakukan terutama pada kasus pemerkosaan, apalagi yang pelakunya dikenal korban. Belum lagi segala macam alasan dibenarkan agar fokus kepada pelaku berkurang.

Indonesia juga tidak terlepas dari hal ini mengingat tingginya kasus pelecehan seksual pada wanita, bahkan anak anak. Kasus pelecehan anak anak, dan kasus pemerkosaan yuyun yang kian marak disorot beberapa tahun terakhir serta kasus pemerkosaan terbaru seorang mahasiswi saat KKN yang ramai di media sosial hanyalah segelintir contoh kasus pelecehan seksual harus diperhatikan. 

Hal yang menyedihkan lainnya adalah adanya pihak yang seakan akan membenarkan tindakan pelaku ada saja pendapat pendapat seperti korban pelecehan seksual itu :

  • Mencari cari perhatian
  • Yang meminta dengan memakai pakaian terbuka
  • Lemah dan tidak berdaya
  • Memalukan dan sudah rusak
  • Sudah lama dan tidak pantas untuk di bawa lagi
  • Melebih lebihkan perkara karena sebenarnya itu hal biasa
  • Tidak paham perilaku laki laki
  • Dan, berbohong terhadap kasus pelecehan

Bahkan tanpa adanya pernyataan yang memalukan korban, korban kasus pelecehan seksual pasti sudah merasakan trauma, sakit, rasa malu, serta beban psikologis yang luar biasa. 

Para korban pelecehan seksual harus menerima komentar komentar kejam dan dicurigai, walaupun sudah harus hidup dalam kesendirian, dan tak jarang di isolasi dari teman dan keluarga karena rasa malu. 

Para korban tidak meminta rasa kasihan karena mereka lebih rendah, namun meminta rasa simpati dan kepedulian karena mereka itu memiliki hak dan martabat yang sama dengan manusia lainnya.

Sumber: Christopher P Krebs, Christine H, Tara D Warner
Sumber: Christopher P Krebs, Christine H, Tara D Warner
Pelecehan seksual sering menimpa wanita ,namun butuh tanggung jawab, kepedulian dan kewaspadaan semua orang untuk mencegahnya. Bukannya hanya membela perempuan, dan tidak ada korban laki laki dalam kasus ini. 

Pelecehan seksual juga terjadi pada laki laki meski tidak sebanyak pada wanita, dan oleh karena itu kewaspadaan tetap diperlukan oleh semua pihak baik laki laki maupun perempuan. Namun, yang ingin saya tekankan di sini adalah kebiasaan mewajarkan sebuah tindakan pelecehan itu akan berdampak buruk dalam jangka panjang.

Respons masyarakat yang tidak positif ini, membuat banyak korban dan masyarakat diam walaupun mengetahui atau mengalami sebuah kasus pelecehan seksual.

Saya meyakini banyak sekali kasus pelecehan seksual yang terjadi, dimana para korban hidup dalam diam dan pelaku hidup bebas karena tidak adanya laporan yang dibuat.

"Ten people who speaks make more noise than ten thousand who are silence"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun