Mohon tunggu...
Adam Rifa'i
Adam Rifa'i Mohon Tunggu... -

" Ilmu adalah buruan, sedangkan tulisan adalah pengikat. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Adalah sebuah kebodohan jika engkau berburu kijang. Lalu kau biarkan dia lepas pergi dengan hewan lainnya" (Imam Asy Syafi’i )

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Talbis Kehidupan

7 Desember 2016   00:56 Diperbarui: 8 Februari 2019   00:25 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

         

          Sejatinya dalam kebenaran pasti terkandung kebaikan. Apabila  suatu kebenaran tidak mengandung kebaikan maka boleh jadi tiada kesejatian illahiyah di dalamnya, sebab kebaikan merupakan buah dari nilai-nilai ilmu illahi. Keduanya terikat oleh suatu hubungan causalitas yang  selalu berbanding lurus. 

          Seseorang yang baik akan tetapi tidak benar, maka kebaikan tersebut hanyalah bersandar menurut hawa nafsu semata yang dinilainya dalam perspektif pribadi maupun sosial. Padahal kebenaran tertinggi merupakan karunia dari Allah ‘Azza wa Jalla yang memiliki standar sempurna lagi mulia. Standar ilmu yang seharusnya dijadikan patokan seseorang dalam melakukan berbagai macam aktivitas hidup kini pelan-pelan semakin ditinggalkan. Karunia yang sempurna lagi mulia itu pun disisihkan, dianggap sebelah mata  oleh sebagian kalangan dan masyarakat luas yang “membebeknya” , inilah output-output  manusia jahil  yang gagal paham serta gagal mengamalkan kebenaran.

          Manusia jahil yang gagal paham tersebut  menciptakan kebaikan-kebaikan palsu hasil memberhalakan hawa nafsu mereka. Kebaikan palsu yang sebagian dipermak dengan toleransi, pluralisme,dan humanisme kelewat batas (ifrath) akhirnya sukses menyudutkan kebenaran illahiyah yang sempurna lagi mulia. Dan yang paling memprihatinkan tatkala mayoritas manusia sekarang ini terpesona dan “membebek” pada kebaikan palsu dengan segala pernak-perniknya. Berbagai kesesatan berpikir ini melahirkan mayoritas manusia yang mengikuti nafsunya dalam melakukan berbagai kebaikan dan dalam menilai (judging) kebenaran.

           Kebaikan-kebaikan semu ini perlahan-lahan akan menjauhkan dari kebenaran sejati sehingga mengaburkan persepsi mengenai batas-batas benar dan salah. Persepsi yang telah kabur membuat seseorang terbolak-balik hatinya dan akan mudah sekali memandang salah sesuatu yang benar. Selain itu, dampak lainnya yaitu mudah memandang salah atau menolak orang-orang yang menyampaikan kebenaran. Dan bahkan sedikit demi sedikit akan membuat kita memandang rendah, meremehkan ,menjauhi, dan membenci orang-orang benar sebab hati yang berkarat akibat terlalu banyak terpapar kebenaran palsu berbalut kebaikan semu. Hal semacam inilah yang menyebabkan seseorang mengeras hatinya dan sulit untuk menjumpai nikmat tertinggi yakni hidayah taufiq. Maka, sudahkah kita bertanya pada diri masing-masing," apakah selama ini kita sudah benar?".

Penulis : Adam Rifa’i

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun