si pejalan malam berputar kelintar kelintir
baling-baling waktu berkitir
apa sebenarnya yang dia pikir
oh jangan, jangan lagi tafsir getir
biarkan luka merebak sekehendak hati
merumus masa depan perih tak terperi
gentayangan bak hantu menelan geram
berendam legam di kelam malam
apa artinya gelap saat semua terlelap
mengawang menerawang di atas atap
ingin rasanya tertawa gagap
menatap kalong-kalong muram berkelayap
pernah terpikir ia adalah seorang pencuri
mencoba meraih hati sang dewi penanti sepi
tapi dia tak mengerti, sunyi itu abadi
keindahan yang bungkam terbebat temali mimpi
oh, apakah yang dia inginkan menulis puisi
tapi sungguh kata-kata tak ada lagi
maka termangulah si gagak hitam sendiri
rembulan pucat telah hilang sedari tadi
lari tergopoh menyembunyikan diri
bernyanyi? apakah dia sangup bernyanyi?
mana ada gagak mampu berlagu mendayu merdu
setidakya dia harus punya rasa malu
dan sedikit tahu diri,
suaranya merebak parau menguak memekak kelu
diam, lebih baik kau terus saja diam redam
menggigit bibir sambil terpejam
tatkala curam malam menyulam kesedihan
lihat lihatlah, sebuah pohon kering tua rentan
tersedusedan menanti ajal di kesia-siaan
malam semakin suram menghujam dalam
teruslah terus saja berkelana seraya menyelam
terbenam pekat menghirup udara di samodra gulita
satu, dua, tiga detikmu masih berlaga
malammu pasti akan berakhir segera
rwmangun 7 Agt 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H