di tengah-tengah rimba aku ada
di antara belantara rindu
halus terbungkus beludru
di antara hijau dan warna tembaga
aku lahir di sini
bernafas hembusan angin lembah
kulitku secoklat tanah
mataku setajam duri
cinta kusimpan di pohonan tinggi
di antara tebing curam berbatu
tak terbilang bagai daun-daun
makna terserap dari akar kehidupan
lalu, puisi ku tulis di sini
bertabir pagi semasih dini
berbayang senja remang temaram
berkisah tentang tanah dan daun
aku hidup di pelukan rimba
di pangkuan asuhan bumi
di belaian kasih sayang langit
sebebas anak menjangan
berlari menyeruak padang ilalang
bersembunyi di semak belukar
bernyanyi menghibur bebatuan bukit
berenang dihempas sungai deras
dan aku tak sanggup bila berpisah
dari rimba kecintaan
dari daun-daun kerinduan
dan nyanyian alam yang memantul dari bebukitan
aku tak akan hidup lama
tanpanya, semua tak ada artinya
dan aku melukiskan dirimu
dan aku menuliskan namamu
pelangiku di rinai gerimis hujan
matahariku manakala hujan deras reda
cinta yang selalu tumbuh bertunas
rindu yang terbang bersama burung-burung
aku hidup seorang diri
tak bernama tak berharta
milikku satu-satunya
seseorang yang kubayangkan
bernama rimba,
dan aku sayang padamu
bekasi juni 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H