JADIBAIK -- Pagi menyingsing, matahari mulai menampakkan wajahnya yang cerah. Siti Aisyah bergegas untuk melakukan rutinitas sehari-hari. Berbeda dari orang lain, Aisyah bergegas menuju sebuah 'bank spesial'. Bukan menampung uang, bank yang didirikan olehnya ini merupakan bank sampah.
Bau, kotor dan menjijikan mungkin menjadi kesan pertama bagi kita yang pertama kali mendengar atau melihat sampah. Namun, tidak berlaku bagi wanita kelahiran 1976 ini, sampah bisa disulap menjadi berkah. Â
Yups, pendiri Bank Sampah NTB Mandiri ini menggantungkan hidup dari apa yang kebanyakan orang dianggap tak berguna. Tak hanya, untuk dirinya seorang, Aisyah bahkan memberikan peluang kesejahteraan bagi masyarakat lewat olahan sampah.
Tak tanggung-tanggung lho, Aisyah menjadi eksportir hasil kerajinan sampah hingga ke mancanegara. Berkantor di ujung gang Kantor PLN Area Mataram atau Lingkungan Selaparang, Kelurahan Banjar, Ampenan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Bank Sampah NTB ini sudah berdiri tegak sejak 2011 silam. Di tangan dingin Aisyah, sampah yang dipandang sebelah mata ini bisa menjadi tas, taplak meja, gantungan kunci, tempat tisu, tikar bahkan keranjang sampah itu sendiri.
Tahukah kalian harga yang dibanderol dari kerajinan ini, cukup menggiurkan, mulai dari puluhan ribu, hingga jutaan rupiah. Wow.. Berkah banget!. Diberinama Eco Lombok Craft, Aisyah mempekerjakan sedikitnya tujuh orang. Kerennya lagi, rata -- rata dari pegawai Aisyah merupakan penyandang disabilitas. Di tangan orang -- orang dengan keterbatasan itulah, justru sampah menjadi punya kelas.
"Sampah adalah nol," begitu kata wanita yang akrab disapa Aisyah Odist ini, jika dilihat sebagai sampah. "Maka dari itu, perlu ide dan kreativitas agar nilainya tidak lagi nol," pesan dia.Â
Ternyata eh ternyata, Eco Craft Lombok memiliki produk sampah best seller. Ragam tas yang dibuat dari bahan ban dalam bekas. Mulai dari tas pinggang, tas laptop, ada juga tas kamera dan baru dibuat dalam bentuk dompet.
Tas-tas itulah yang dipesan oleh pembeli dari beberapa negara di Eropa. Seperti Jamaika, Belanda, Jerman, termasuk juga Australia. Permintaannya rutin. Dalam sekali permintaan, satu pemesan bisa mencapai 80 sampai 100 pcs. Harganya, mulai dari Rp100.000 hingga Rp500.000 per buah.
Mengajarkan masyarakat untuk sadar akan sampah dan pengolahannya bukan pekerjaan mudah. Karena itu, Aisyah mengatakan harus dibuat menjadi sistem. Sarannya, penanganan sampah dilakukan dari level pendidikan usia dini.
 Serta memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan. "Mendidik masyarakat butuh puluhan tahun. Karena itu, harus dibiasakan dan diikat melalui jalur pendidikan," terang Aisyah. Semoga masyarakat mulai melihat sampah dari kacamata Aisyah, mengolahnya menjadi berkah, menyentuh sampah dengan kreativitas tinggi sehingga memiliki nilai jual cukup tinggi.  (*)
Sumber : 1