Mohon tunggu...
Aditya Dwiki
Aditya Dwiki Mohon Tunggu... Konsultan - Pribadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Superman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Senjata Terkuat Dikagumi Dunia

29 Juli 2019   08:32 Diperbarui: 29 Juli 2019   08:47 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: authgram.com

Sebelumnya, usai menerima kunjungan silaturahmi PA 212, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dengan tegas mengatakan bahwa kekuatan pertahanan terkuat Indonesia adalah sebab persatuan.

Sungguh tepat pernyataan Menteri Ryamizard! Memang terbukti, sejak berhasilnya Indonesia merdeka hingga kini dalam kondisi negara yang relatif aman dari ancaman asing, kuncinya adalah eratnya persatuan nasional.

Bayangkan saja; tanpa persenjataan yang kuat, hanya bermodal bambu runcing atau senjata tradisional lain, Indonesia mampu mengalahkan penjajah. Alhasil: Indonesia merdeka.

Begitu juga usai merdeka, betapa kagumnya negara luar dengan Indonesia. Meskipun terpisah pulau, provinsi, beragam adat, suku, tradisi, budaya, bahasa, agama, namun dapat hidup berdampingan. Semua merasa dan mengakui sebagai bagian Indonesia.

Kendati terpisah pulau dan provinsi dengan segala kekayaan keragamannya, namun tak satupun rela bila wilayah lain di Indonesia direbut atau coba diganggu asing. Maka semua akan menentangnya.

Jadi, itu memang senjata terkuat Indonesia. Persatuan nasional. Persatuan seluruh rakyat Indonesia. Persatuan telah membuktikan Indonesia utuh hingga kini.

Bakal percuma punya senjata canggih tapi jiwa masyarakat Indonesia lebih mengedepankan egonya. Masa bodoh dengan nasib Indonesia dan gangguan saudara sebangsanya.

Tak ada tawar menawar lagi soal prinsip persatuan nasional di Indonesia, seperti diserukan Menteri Ryamizard. Kita memang punya senjata terkuat yang dikagumi dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun