Mohon tunggu...
Aditya Dwiki
Aditya Dwiki Mohon Tunggu... Konsultan - Pribadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Superman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gak Usah Baper dengan Ucapan Menhan!

8 Maret 2019   11:58 Diperbarui: 8 Maret 2019   12:28 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernyataan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memantik pro dan kontra. Ya, dalam acara Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Bela Negara di kantor Kemhan, Ryamizard bakal menempeleng bagi siapapun yang gampang melontarkan kata-kata 'kafir'.

Apa yang disampaikan Menhan haruslah dipahami positif. Diksi 'kafir' yang disampaikan Menhan adalah sebuah warning alias peringatan.

Menhan tak ingin gara-gara ada oknum 'mengobral' kata kafir, terjadi perpecahan bangsa. Karena dalam konteks bernegara dan berbangsa, tak ada sekat keyakinan. Singkat kata, semua berpijak pada Pancasila.

Ya, sejak republik ini berdiri, Pancasila sudah menjadi kekuatan bagi seluruh elemen masyarakat. Tanpa memandang suku, agama dan ras, untuk bersatu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Patut diingat bahwa konsep Islam mengenai relasi dengan agama lain, salah satunya termaktub dalam surat Al-Kafirun. Salah satu bagian ayat surat tersebut, "Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku', adalah sebuah pernyataan yang jelas bahwa Islam tak mencampuri urusan agama lain.

Ini sejalan dengan apa yang disampaikan Menhan. Di mana persoalan keyakinan tak perlu diributkan karena sudah dijamin Undang-Undang Dasar 1945. Di mana negara menjamin bahwa tiap-tiap warganya untuk menjalankan agamanya masing-masing.

Tugas kita sekarang adalah bagaimana saling menjaga dan merawat hubungan antar sesama pemeluk agama. Tanpa saling caci, saling memaki, saling menghardik. Karena esensi relasi dengan para pemeluk agama adalah aspek kemanusiaan. Tolong menolong dalam hal kebaikan.

Wajar kiranya ketika para pendiri republik ini menempatkan aspek agama dalam sila pertama Pancasila. Hemat penulis, Bung Karno dkk sejatinya ingin seluruh bangsa sadar, bahwa menjadi sebuah keniscayaan di tengah masyarakat yang majemuk, untuk saling menghargai perbedaaan. Tak terkecuali soal urusan keyakinan.

Sekali lagi, penulis sangat setuju dengan pernyataan 'Menempeleng Orang-orang yang gampang Mengkafir-kafirkan'. Karena jika dipahami secara utuh dan menggunakan akal sehat, ucapan tersebut dalam rangka menjaga bingkai NKRI. Merawat amanah para pahlawan bangsa yang rela mengorbankan nyawanya demi Tanah Air Tercinta.

Kiranya, patut kita renungi ucapan 'legendaris' almarhum mantan presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Dalam satu kesempatan, Gus Dur pernah mengatakan bahwa, 'Tidak penting apapun agama dan sukumu. Kalau kamu bisa melakukan yang baik untuk semua orang, orang tak bakal tanya apa agamamu'.

So, gak usah baper dengan ucapan Menhan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun