08 Maret 2021
Semesta itu tentang keseimbangan, seperti Yin dan Yang. Bagi yang kekurangan maka akan dicukupkan, bagi yang kelebihan maka akan di kurangkan. Ada yang mati maka akan ada yang hidup demikian pula sebaliknya. Apa yang kita lempar ke semesta pasti akan kembali lagi ke diri kita sendiri apapun itu dan waktunya tidak bisa ditentukan. Sama dengan prinsip tabur-tuai. Kosongkan dirimu maka kamu akan di-isi. Cintai segala bentuk kehidupan dan ciptaan yang ada di dunia ini, karena pada dasarnya ada keilahian di dalam setiap ciptaan-Nya.
Hal-ini saya dapatkan dari Pak Bagus, beliau bukanlah apa-apa dan siapa-siapa, beliau hanya di percayakan oleh Sang Ilahi untuk membukakan mata hati saya untuk melihat bukan dengan mata tetapi melihat melalui mata. Karena yang melihat bukan mata itu sendiri melaian yang ada di balik mata tersebut. Pernahkah anda melihat hanya pada yang nampak secara visual saja? Saya pernah dan sering malah. Tetapi kemudian saya menyesalinya karena yang saya lakukan berikutnya memberikan penilaian dari apa yang nampak secara visual saja, menilai hanya pada yang saya rasakan saja.
Beliau mengajarkan pada saya bahwa yang kita terima pertama itu yang sejati, sebelum kemudian diolah oleh penginderaan, nalar dan analisa pikiran manusia. Nah, bingung kan?Â
Karena pada dasarnya manusia itu berusaha me-rasionalkan segalanya, menimbang untung-ruginya. Itu sudah merupakan nature manusia. Bagaimana kita bisa melihat yang sejati? Sediakan waktu hanya untuk diri kita sendiri untuk hening, hening dalam keheningan bagi yang belum bisa seperti saya, biasanya perlu bantuan headphones dan musik agar tidak terganggu. Alangkah baiknya bila kita bisa hening dalam keramaian.
Semakin saya memahami jati diri saya, maka semakin peka saya terhadap apa yang terjadi dengan diri saya, sekitar saya bahkan orang lain yang jaraknya sangat jauh dengan saya. Begitu kita merasa sudah semakin paham, itulah saatnya ujian yang sesungguhnya datang.
Dua hari dibisakan untuk mengikuti Workshop SEMEDI (SEni MEmberdaya DIri), saya niatkan sebagai pertukaran saya terhadap masalah yang sedang saya hadapi. Saya dimampukan untuk merendahkan diri saya yang semakin lama semakin tinggi hati. Sudah merasa yang paling bisa, sudah merasa yang paling bijak.Â
Padahal itulah ujian yang sesungguhnya... DIRI SENDIRI. Sampai akhirnya saya paham bahwa semuanya ini sudah benar adanya, saya dibisakan bukan karena saya bisa dan mampu, tetapi karena sudah tertuliskan di sana. Bahwa semuanya ini bagian dari rancangan-Nya yang sudah selesai. Hanya saja kita belum mengalaminya sehingga kita masih menganggap kehidupan ini adalah "MISTERI".
Iya misteri bagi kita yang tidak punya kuasa atas ini semua, tetapi bagi Sang Pencipta, ini semua sudah selesai. Begitu semesta diciptakan, begitu pula selesai. Alpha dan Omega (Awal dan Akhir).Â
Hanya perlawanan kita atas apa yang sudah dikehendaki-Nya itu yang membuat kita semakin menderita. Rasa ketidak-terimaan kita atas apa yang kita alami, semua pertanyaan "Mengapa?" yang kita lontarkan kepada-Nya ini yang semakin membuat diri kita semakin merasa kesepian.