Mohon tunggu...
Michael Aditya
Michael Aditya Mohon Tunggu... Insinyur - Healer, Hypnotherapist, Neo NLP Practitioner, IT People

Start my career from motorcycle repair person, PPIC person in manufacturing, IT Practitioner, IT Enthusiast, Hypnotherapist and very interested in Self-Healing and Pure Consciousness.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melamun

4 Maret 2020   14:34 Diperbarui: 4 Maret 2020   14:41 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Segelas Lamunan | dokpri

24 Januari 2020

Pasti semua orang pernah ditegur oleh orang terdekatnya, baik itu orang tua, saudara, teman bahkan orang asing, apabila memergoki kita sedang mengelamun? Dengan kata-kata seperti ini, "Ojok ngelamun Mas/Mbak/Pak/Bu" untuk mengingatkan kita atau mungkin kita sendiri juga melakukan itu kepada orang lain juga.

Ada Pepatah...

"Jangan bengong, ntar kesambit", lah mana ada kasus orang kesambit(kerasukan) karena melamun. Percayalah bahwa itu tidak akan pernah terjadi. 

Mengapa kemudian sering diucapkan apabila tidak ada yang pernah terjadi. Ini seperti peringatan agar seseorang tidak meikirkan hal yang macam-macam di pikirannya, hanya untuk digunakan memikirkan hal-hal yang bisanya saja, tidak lebih.

Melamun = Pikiran Kosong?

Tolong jawab jujur pertanyaan ini di diri masing-masing, ketika anda sedang melamun sebenarnya pikiran anda kan tidak kosong, alias sedang memikirkan sesuatu bukan? 

Kemudian mengapa sering dilarang? Karena pada dasarnya otak manusia itu tidak pernah kosong (Idle) selalu ada yang dipikirkan. Bahkan ketika anda sedang tidur otak masih saja bekerja, coba anda bayangkan kalau berhenti bekerja pasti sudah flatline.....

Kalau tidak kosong kemudian memikirkan apa?

Nah ini yang selalu menjadi point yang penting di sini. Apa yang sedang anda pikirkan? Bisa pikiran baik? Bisa buruk? Bisa khayalan (Bahasa negasi untuk imajinasi)? Bisa juga sebuah pemikiran yang cemerlang? Who knows?

Ada baiknya selama di Fase "Ngelamun" kita bawa ke sebuah pemikiran yang konstruktif, coba kreasikan (asal kata create yang artinya membangun/membuat) sesuatu yang indah. 

Misalkan, masa depan anda, tidak perlu jauh ke masa depan yang jauh sekali, cukup pikirkan besok siang saya akan makan apa? Buatlah yang simple dulu. 

Baru kemudian buatlah yang lebih kompleks, misalnya besok saya ada ujian skripsi di kampus. Kreasikan sebuah kesuksesan di dalam ujian skripsi anda tersebut. Well? Sky is the limit..... inilah anugrah yang diberikan kepada kita oleh Tuhan untuk menciptakan ssesuatu, salah satunya menciptakan sebuah event,

Kemudian bagaimana kalau ternyata kejadian realitasnya tidak seperti yang saya kreasika tersebut? Ya mohon dipahami, area manusia mencipta mengkreasi, tetapi kenyataan adalah area Tuhan, hanya berusaha membuat sesuatu menjadi lebih baik tanpa berusaha mengungguli kehedakNya.

Bagaimana Menjaga Pikiran tetap Murni?

Jawabannya adalah Tapping, lakukan tapping tiap hari di titik meridian anda, atau bagian lainnya secara bebas sesuai intuisi anda, ingat intuisi bukan insting (Nanti kita bahas di pembahasan lainnya).

Mengapa Tapping? Karena Tapping terbukti memurnikan Subtle Energy anda, memurnikan subtle energy mampu memurnikan pikiran kita juga, tapi ingat ya, yang tapping Consciousness-nya.

Ketika ACEs kita berkurang maka pikiran kita menjadi murni dan bersih, jika ini sering terjadi maka kita akan dengan mudah melakukan kreasi yang membuat pemberian Tuhan menjadi lebih indah lagi....

Gimana? Sudah Tapping hari ini? Iya anda yang sedang baca ini.....

*Tapping atau yang bisa disebut sebagai EFT (Emotional Freedom Techniques), salah satu teknik untuk melepaskan emosi dengan cara mengetuk-ngetuk titik-titik Meridian yang ada di tubuh. Salah satu yang saya pelajari adalah C-EFT atau Consciousness EFT. Jadi yang ditapping adalah kesadarannya, bukan hanya fisiknya saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun