Mohon tunggu...
AD Putrasunendar
AD Putrasunendar Mohon Tunggu... -

Finance, Investment, Golf, Politics, Travel, Food

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Catatan Kecil Untuk Cucu Saya dan Teman-Teman Seumurannya yang Mungkin Ingin Menjadi Warren Buffett***)

30 Maret 2015   18:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:47 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Bagian II -

Untuk mereka yang sebelumnya telah membaca Bagian I dari Catatan Kecil ini, tentu sudah mengetahui bahwa Bagian I itu ditutup dengan pernyataan Warren Buffett yang bisa menghibur mereka yang berminat untuk melakukan investasi melalui Pasar Modal :You don’t need to be a rocket scientist. Investing is not a game where the guy with the 160 IQ beats the guy with 130 IQ”.

The Buffett Way yang akan merupakan inti Catatan Kecil ini memberi peluang bahkan kepada Paskilaski dan teman-teman seumurannya, dan kepada mereka yang menganggap dirinya awam, atau masuk kedalam kelompok “tidak melek-investasi” (financially illiterate), untuk dapat melakukan investasi di Pasar Modal dengan cerdas, penuh perhitungan dan masuk akal. The Buffett Way memberikan panduan investasi yang dapat dijelaskan dengan bahasa sederhana, sehingga bisa dipahami oleh mereka yang belum melek-keuangan. Bukan berarti mudah, tetapi juga bukan monopoli mereka yang ber-IQ 160, atau hanya patut dilakukan oleh mereka yang sering disebut para ahli dan penasihat investasi. We can be as good as they are. Or even better J

Statistik tentang kinerja rata-rata para pengelola dana/fund managers juga banyak menunjukan bahwa mayoritas kinerja mereka tidak lebih baik dari kinerja kenaikan/penurunan index harga saham gabungan di pasar modal. Padahal nasabah – para investor pemilik dana, tapi sering dianggap sebagai awam yang tidak memahami seluk-beluk investasi – membayar fee kepada para pengelola dana itu, tentunya karena mereka mengharapkan bahwa hasil investasi yang diterima akan lebih baik dari sekedar kinerja index harga saham gabungan. Karena jika sama saja, atau malah lebih buruk, berarti “keahlian” para pengelola dana maupun fee yang dibayarkan itu tidak memberikan tambahan nilai apapun. Ada catatan kaki dari beberapa studi yang dilakukan di Amerika maupun Inggris tentang kinerja para pengelola dana ini yang secara mayoritas tidak lebih baik dari kinerja index harga saham gabungan 1).

Jangan salah, saya tidak ingin mengatakan bahwa mulai hari ini jangan lagi percayakan dana investasi Anda kepada para pengelola dana/fund managers melalui reksadana yang mereka tawarkan. Reksa-dana bisa jadi merupakan pintu paling depan memperkenalkan Pasar Modal.

Seperti sudah disampaikan pada Bagian I Catatan Kecil ini,partisipasi masyarakat Indonesia di Pasar Modal masih sangat rendah. Pemegang rekening saham saat ini di Indonesia (400,000 rekening) berada jauh di bawah jumlah rekening perbankan (giro, tabungan maupun deposito) yang mencapai lebih dari 150 Juta rekening. Pada Desember 2014, jumlah dana pihak ketiga yang ditempatkan pada Bank Umum dan BPR mencapai angka sekitar 4,650 Trilyun Rupiah (sekitar 450 Milyar Dollar), sementara NAB/Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana baru mencapai angka sekitar 266 Trilyun Rupiah (ekivalen 20 Milyar Dollar), atau sekitar 5%-nya.

Perkembangan serta kemajuan industri reksa-dana dapat memperkecil ketimpangan di atas, sekaligus meningkatkan minat masyarakat untuk melakukan investasi di Pasar Modal. Sebagaimana telah ditunjukan dalam contoh kasus BRI, di Bagian I, kita tidak perlu menjadi rocket scientist untuk bisa memahami bahwa imbal-hasil yang bisa diperoleh sebagai pemilik BRI, dengan menjadi pemegang saham BRI, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memilih sebagai nasabah BRI. BRI untuk tahun buku 2015 membagikan dividen sebesar 295 Rupiah per-lembar saham. Dibandingkan dengan harga saham saat ini, sekitar Rp 13,000, dividen itu ekivalen dengan yield (imbal-hasil) 2.26%. Tapi untuk mereka yang menjadi pemegang saham BRI sejak tahun 2004, dimana mereka membayar Rp 800 per-lembar saham, maka dividen sebesar 295 Rupiah itu setara dengan 36.7%!

Prinsip-prinsip investasi yang telah diterapkan oleh Buffett selama 50 tahun terakhir,The Buffett Way, merupakan prinsip-prinsip investasi yang tidak lekang karena waktu dan bersifat universal. Atas dasar itu, kita memiliki kesempatan untuk dapat mempelajarinya dan kemudian menerapkan prinsip-prinsip tersebut ketika kita melakukan investasi melalui pembelian saham di bursa-bursa dunia, termasuk – dan ini yang menjadi inti Catatan Kecil ini – di pasar modal Indonesia.

Hanya untuk Orang Kaya?

Tentu saja, melakukan investasi memerlukan dana, tetapi sebagaimana halnya penempatan dana dalam bentuk deposito maupun tabungan, ada beragam nilai dana yang ditanamkan pada rekening perbankansesuai dengan “kekayaan”-nya masing-masing.

Demikian pula ketika melakukan investasi di Pasar Modal. Dana yang dialokasikan untuk investasi pasti harus disesuaikan dengan kapasitas dana yang dimiliki. Tidak semua orang mampu membeli seratus persen saham BRI, karena untuk itu membutuhkan dana sekitar 330 Trilyun Rupiah. Tetapi jika Anda sudah menjadi nasabah Bank tersebut, atau Anda merupakan pegawainya, pasti Anda sanggup menjadi salah-satu pemegang saham BRI dengan membeli 1 lot (100 lembar saham) senilai 1.3 Juta Rupiah dengan harga saham saat ini, atau 80,000 Rupiah jika Anda membelinya di tahun 2004, karena harganya sudah naik 1,600%.

Tidak banyak yang mampu memiliki 100% saham Indofood CBP senilai 82 Trilyun Rupiah. Namun jika Anda senang makan Indomie, dan bisa membeli satu karton Indomie setiap bulan-nya, atau 12 karton untuk setahun, dengan harga sekitar 75,000 Rupiah/per-karton, maka Anda juga seharusnya mampu menjadi pemegang saham Indofood dengan membeli 1 lot (100 lembar saham) sebesar 1.45 Juta Rupiah. Meskipun teman Anda yang sudah minat menjadi pemegang saham Indofood sejak tahun 2004, hanya perlu mengeluarkan dana sekitar 160 Ribu Rupiah untuk mendapatkan 100 lembar saham Indofood saat itu. Harga saham Indofood selama sepuluh tahun ini memang sudah meningkat sekitar 900 %, dari sekitar Rp 1,600 menjadi Rp 14,500.

Ilustrasi yang saya berikan jangan dianggap sebagai rekomendasi buat membeli saham perusahaan-perusahaan yang disebutkan, melainkan untuk menunjukkan bahwa peluang investasi seringkali berada begitu dekatnya di sekeliling kita sendiri. Tentu perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut guna mengkaji kinerja perusahaan, berdasarkan prinsip-prinsip investasi – The Buffet Way - yang akan merupakan bagian penting nantinya dari Catatan Kecil ini.

Buat mereka yang acapkali datang ke Mall, mungkin pernah datang ke Kelapa Gading Mall, milik Summarecon Agung, yang selalu ramai dan penuh didatangi pengunjung. Atau mungkin Anda pembeli rumah atau ruko yang dibangun developer ini. Bisa jadi mungkin Anda malah punya usaha dengan menjadi penyewa ruangan di Mall milik Summarecon Agung. Itu saja mungkin sudah cukup sebagai alasan untuk menarik minat Anda menjadi pemegang saham Summarecon Agung. Anda mungkin tidak memiliki dana 23 Trilyun Rupiah untuk bisa memiliki Summarecon Agung seratus persen. Namun dengan nilai investasi sebesar 160 Ribu Rupiah untuk setiap 1 lot (100 lembar) saham, Anda bisa menjadi pemegang saham Summarecon Agung dan menjadi bagiandari pemegang saham Summarecon yang mungkin akan merasakan peningkatan usaha perusahaan melalui pengembangan lahan-lahan yang saat ini sudah dimilikinya. Ruko yang Anda beli dari Summarecon Agung mungkin sudah membuat Anda kegirangan karena telah naik 5-6 kali lipat sejak Anda beli sepuluh tahun lalu. Namun jika Anda sudah menjadi pemegang saham Summarecon Agung sejak tahun 2004,dengan dana investasi sebesar 6,000 Rupiah untuk setiap 100 lembar saham-nya, karena dalam kurun waktu sepuluh tahun ini, harga saham Summarecon Agung sudah meningkat 2,600%, atau 26 kali lipat, dari 60 Rupiah menjadi 1,600 Rupiah per-lembar.

Pada awal tahun 2000-an, penjualan mobil di Indonesia baru mencapai jumlah sekitar 300-400 ribu per-tahun. Sekarang ini angka penjualan mobil sudah menembus angka di atas 1 juta unit, dan Astra merupakan market leader di bidang otomotif. Buat mereka yang bekerja di bidang otomotif, atau konsumen yang ingin membeli Toyota Kijang, fenomena ini dengan mudah akan dirasakan. Dan mungkin meningkatkan minat mereka untuk menjadi pemegang saham Astra International, dengan investasi sebesar 820,000 Rupiah untuk setiap 100 saham Astra.

Jika Anda sudah menjadi pemegang saham sejak tahun 2004, saat itu Anda hanya memerlukan dana investasi sebesar 100,000 Rupiah setiap 1 lot saham, karena harga saham Astra sudah meningkat dari 1,000 Rupiah menjadi 8,200 Rupiah, atau naik 820% dalam sepuluh tahun terakhir. Mobil Kijang yang Anda beli sepuluh tahun lalu mungkin sekarang ini sudah harus sering di-service. Tetapi jika dana yang sama itu Anda gunakan untuk menjadi pemegang saham Astra sepuluh tahun lalu, dengan membeli sahamnya di Bursa, bisa jadi saat ini bukan lagi Mobil Kijang yang Anda beli J.

Mau contoh lain? Setiap Anda harus berkendara dari Jakarta ke Bogor dan sebaliknya, seringkali Anda mengeluh karena macet. Bayangkan jika Anda memiliki restaurant, dan restaurant Anda penuh dikunjungi tamu yang terus-menerus berdatangan, sehingga menimbulkan antrean panjang di depan restaurant. Apakah Anda akan mengeluh? Tentu saja tidak. Anda pasti akan merasa senang karena itu sama dengan semakin besarnya aliran dana yang akan masuk kedalam perusahaan. Perasaan senang yang sama – sebaliknya dari mengeluh – akan Anda rasakan ketika setiap hari Anda menyaksikan antrian panjang mobil-mobil yang tiada hentinya berdatangan melewati jalan toll itu, jika Anda adalah pemilik Jasa Marga, pengelola jalan toll itu.Memang Anda tidak punya dana sebesar 48 Trilyun untuk memiliki seratus persen Jasa Marga. Tetapi kalau Anda mampu membayar karcis toll, Anda pasti mampu untuk menjadi pemegang saham Jasa Marga, dengan menyisihkan dana guna membeli sahamnya seharga 7,200 Rupiah/lembar. Kurang lebih sama dengan harga karcis toll yang harus Anda bayar.

Tidak masalah kalau Anda ketinggalan oleh teman Anda yang sudah 10 tahun menjadi pemegang saham Jasa Marga. Dia pernah berkata : ”Jadi pemilik jalan toll itu enak. Kalau kita memiliki restaurant, dan laku, di sekitar restaurant kita akan bermunculan restaurant lain.Mereka jadi saingan kita”. “Tetapi kalau kita punya jalan toll, tidak mungkin akan ada orang lain yang bikin jalan toll di sebelah kita, dan menjadi saingan kita J”. “Indonesia itu kan bukan Jakarta-Bogor saja. Bayangkan jika jalan toll merata di seluruh Indonesia. Bukan di Pulau Jawa saja, tetapi Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian dst. Siapakah yang akan menjadi pilihan karena memiliki keunggulan komparatif untuk mengelola jalan toll yang baru kalau bukan yang sudah memiliki pengalaman?”. Karena pertimbangan itulah teman Anda tadi sudah menjadi pemegang saham 5-6 tahun lalu. Ketika itu, untuk menjadi pemegang saham Jasa Marga hanya memerlukan dana 1,000 Rupiah/lembar, atau 100,000 Rupiah setiap lot-nya (100 lembar), karena memang selama 5 tahun ini harga saham Jasa Marga sudah meningkat 720 %.

Beragam ilustrasi dengan mudah bisa kita dapatkan dari sekeliling kita, dan bisa menjadi bahan awal bagi kita untuk mengkaji perusahaan dan kinerjanya, dan bisa menjadi bahan pertimbangan apakah perusahaan itu memenuhi persyaratan The Buffett Way sehingga kita ingin menjadi bagian dari pemegang sahamnya, sesuai dengan kemampuan dana yang dimiliki.

Tetapi jangan biarkan generasi Paskilaski dan teman seumurannya ini terperangkap dalam batas-batas negara. Meskipun perkembangan dari perekonomian Indonesia sangat impresif dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, tetapi Indonesia hanya merupakan bagian kecil dari besaran ekonomi dunia. Nilai GDP dunia tahun 2014 diperkirakan mencapai angka sebesar 78 Trilyun Dollar. Dengan GDP Indonesia saat ini sekitar 870 Milyar, perekonomian Indonesia hanya mewakili sekitar 1.1% GDP dunia. Oleh karena itu, jika Paskilaski dan teman-teman seumurannya harus terpaku pada pasar Indonesia, sama halnya dengan membiarkan mereka untuk mengabaikan kesempatan maupun pertumbuhan yang ditawarkan oleh 98.9% perekonomian dunia.

Nilai kapitalisasi pasar modal dunia, yang mencerminkan nilai harga saham seluruh perusahaan yang sahamnya tercatat pada bursa-bursa saham seluruh dunia, untuk tahun 2013,tercatat sebesar 64 Trilyun Dollar. Dengan kinerja saham di seluruh dunia yang cukup baik pada tahun 2014, nilai kapitalisasi pasar modal dunia diperkirakan sudah mencapai angka 70 Trilyun Dollar. Tahun 2014, nilai kapitalisasi Pasar Modal Indonesia tercatat sebesar 398 Milyar Dollar, atau setara dengan 0.6% nilai kapitalisasi pasar modal dunia. Mengabaikan perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa dunia, sehingga hanya berkonsentrasi pada perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Pasar Modal Indonesia, sama saja dengan tidak membuka wawasan mereka tentang apa yang ditawarkan oleh 99.4% usaha dunia.

AKKI (Asosiasi Kartu Kredit Indonesia) memperkirakan pada tahun 2014 terdapat sekitar 16.5 juta pemegang kartu kredit di Indonesia. At least ada 8 juta orang Indonesia - jika kita asumsikan bahwa satu orang memiliki 2 kartu kredit – yang sudah terbiasa dengan Master Card dan Visa. Jika seusai melakukan rekapitulasi total belanja yang dilakukan setiap tahunnya, para pemegang kartu kredit ini menyisihkan sebagian dana yang biasa dibelanjakannya untuk menjadi pemegang saham Visa atau Master Card, maka mereka akan tahu bahwa harga saham Visa – perusahaan milik mereka yang jasanya digunakan puluhan juta orang di dunia – sudah naik sekitar 550 % dari 12 Dollar (setelah stock-split) pada tahun 2009 menjadi 65 Dollar saat ini. Hal yang sama juga terjadi pada Master Card. Jika Anda ingin menjadi pemegang saham Master Card sepuluh tahun lalu, tahun 2006, Anda cukup membayar 5 Dollar untuk setiap lembar saham Master Card. Sekarang ini, harga saham Master Card sudah mencapai 87 Dollar, atau meningkat sekitar 1,550% dalam waktu sepuluh tahun. Jika saja, dana belanjaan tahunan melalui kartu Visa atau Master Card itu sebagian rutin disisihkan agar Andabisa menjadi pemegang saham Master Card atau Visa dengan membeli sahamnya di Bursa, mungkin daya beli kartu Anda tersebut sekarang ini semakin meningkat.

Indonesia tercatat pada peringkat 4 dunia,sebagai negara pemakai HP terbanyak di dunia, dengan jumlah sekitar 250 juta unit. Saya yakin, para pemakai HP Indonesia mengenal nama Apple, dan mungkin sudah banyak yang selama ini berganti IPhone setiap keluar IPhone baru.

Tetapi mungkin tidak banyak dari mereka yang mempertimbangkan untuk menunda membeli IPhone atau IPad baru – meskipun IPhone atau IPad lamanya masih sangat layak pakai – dengan membeli saham Apple, agar bisa menjadi pemegang saham Apple dan menikmati kemajuan usaha yang ditunjukkannya. Untuk setiap IPhone atau IPad baru, mungkin bisa mendapatkan 5 lembar saham Apple yang saat ini diperdagangkan dengan harga 125 dollar per-lembar. Pada tahun 2005 ketika Apple masih sibuk dengan IPod-nya dan bersiap-siap untuk bisa meluncurkan IPhone generasi pertama, saham Apple masih bisa dibeli dengan harga 5 dollar, sehingga dalam 10 tahun terakhir saham Apple sudah meningkat 2,500 %. Kita bisa tarik lebih panjang lagi. Pada tahun 2000, nilai perusahaan Apple masih tercatat sebesar 4.8 Milyar Dollar, sementara saat ini sudah mencapai 720 Milyar Dollar, sehingga terjadi peningkatan 15,000 %, seratus lima puluh kali lipat.

Siapa yang tidak suka Starbucks Latte?. Tidak banyak. Namun ketika terjadi krisis Amerika tahun 2008, mungkin masih banyak orang yang tetap datang ke Starbucks untuk memesan minuman favoritnya.Tetapi tidak banyak yang memiliki keinginan untuk menjadi pemegang saham Starbucks, karena saat itu harga per-lembar saham Starbucks, sekitar 9-10 dollar, sama dengan 2 cup Starbucks Latte. Fast-forwardtujuh tahun kemudian, sekarang ini, harga saham Starbucks tercatat pada harga 95 Dollar, meningkat lebih dari 1,000 pct. Tentu saja, Anda bisa membeli lebih banyak Latte dengan keuntungan yang bisa Anda peroleh karena menjadi pemegang saham Starbucks.

U get my point. Oleh karena itu, dengan mengetahui bahwa Windows, buatan Microsoft, menjadi operating system dominan pengguna PC, maka Anda tidak heran kalau para pemegang Microsoft dalam 3 dekade ini telah menyaksikan peningkatan nilai perusahan yang mereka miliki, dari 500 juta dollar menjadi 336 Milyar Dollar saat ini, kenaikan lebih dari 650 kali lipat. Siapa yang tidak mengenal McDonald , Pizza Hutt, Burger King atau KFC? Banyak yang sudah lama menikmati makanan yang disajikan secara konsisten sejak puluhan tahun lalu, tetapi bisa jadi tidak banyak yang berminat untuk menjadi pemegang sahamnya.

Kopi bubuk instant apa yang anda sukai? Kalau Anda senang dengan Nescafe, mengapa tidak mempertimbangkan untuk menjadi pemegang saham Nestle, perusahaan yang berpusat di Swiss? Dalam keseharian Anda, bisa jadi Anda pernah menggunakan produk yang dihasilkan Unilever (Dove, Lipton, Axe, Lux, Sunsilk, Pond’s, Vaseline, Lifebouy, Sunsilk dll), Johnson & Johnson (Band-Aid, Benadryl, Bactidol, Caladryl, Johnson Baby Powder, Listerine, Mylanta, Neutregona dll),atau Procter & Gamble (Olay, Max Factor, Pantene, SK-II, Pampers, Tampax, Gillette, Oral-B, Vicks dll). Bisa jadi Anda sudah menggunakan produk mereka, mengapa Anda tidak mau mempertimbangkan untuk menikmati keuntungan sebagai pemegang sahamnya?. Hal yang sama juga bisa dipertimbangkan untuk produsen obat-obatan yang sudah biasa dianjurkan oleh dokter seperti Pfizer, Merck, Sanofi, Glaxo Smith, Novartis atau Roche.

Buat para wanita seumuran ibu atau neneknya Paskilaski yang selalu setia dan antusias menunggu peluncuran model baru yang dikeluarkan Hermes, Louis Vuitton, Fendi, Gucci, Bulgari, Tods ataupun Cartier, saat ini mungkin sudah harus mempertimbangkan minatnya untuk menjadi pemegang saham perusahaan-perusahaan itu. Dan bukan sekedar jadi pelanggan setianya saja. Mungkin Anda bisa membeli 30-40 lembar saham Hermes, atau 50 saham LV setiap membeli satu tas Hermes yang baru (sungguh, di mata saya tas-tas itu tampaknya sama saja). Jika Anda membeli tas, tahun depan akan muncul lagi model baru, dan tas lama Anda mungkin bisa ketinggalan zaman. Sebaliknya, jika dana itu Anda gunakan untuk menjadi pemegang saham Hermes, Anda tahu bahwa saham Hermes dalam sepuluh tahun terakhir sudan meningkat 600 %, dari 50 Euro menjadi 315 Euro saat ini, dan LV naik sekitar 400% dari 45 Euro pada tahun 2009 menjadi sekitar 165 Euro.

Jangan khawatir, dengan kemudahan transaksi perdagangan saham di bursa dunia saat ini, sekarang kesempatan untuk melakukan investasi di bursa dunia tidak lagi semata-mata menjadi monopoli institusi-institusi dan para pemilik dana besar. Individual investor, dengan dana minimum, saat ini dapat memiliki akses yang sama, dengan trading-fee yang sangat kompetitif yang selama ini mungkin hanya bisa dinikmati oleh para pemodal besar dan institusi. Dalam Catatan Kecil ini akan ada Bagian yang berkaitan dengan kesempatan melakukan perdagangan di bursa-bursa dunia ini.

Saya tutup Bagian II ini, dan pada Bagian III kita bisa mulai menyentuh prinsip-prinsip The Buffett Way yang bisa kita pelajari, sehingga bisa memungkinkan untuk diadaptasi pada saat kita melalukan investasi di Pasar Modal Indonesia, ataupun Bursa lainnya di dunia.

Namun untuk lebih memperkuat kepercayaan diri Anda, saya akan membuka Bab III nanti dengan cerita tentang kehebatan kinerja portfolio saham yang dirancang oleh murid sekolah menengah. Mereka rata-rata berusia seumuran Paskilaski. Pesan dari cerita kehebatan imbal-hasil portfolio yang dirancang murid-murid sekolah menengah pertama ini menunjukkan bahwa pasar modal memberikan peluang yang sama kepada para “ahli keuangan” dan para “amatir” seperti kita yang mau belajar. Dan kita berkesempatan untuk belajar The Buffett Way yang sudah terbukti menunjukan hasil di atas rata-rata selama 50 tahun terakhir ini.

Jakarta, 30 Maret 2015

ad.putrasunendar@gmail.com

***) Cara Cerdas dan Mudah Berinvestasi Di Pasar Modal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun