[caption id="attachment_327450" align="alignleft" width="160" caption="ilustrasi/ facebook"][/caption]
Karena sepi sudah menyesaki jiwa
Sudah kutepis semua ragu,
Aku masih tegak disini memangku rasa
Saat jiwamu merota untuk lari..
Lari jauh ... meninggalkan luka
Dan engkau bawa perih
Aku sendiri terlupa entah berapa kali aku menagis
Pesawat dan mobil yang kutumpangi seolah hanya disesaki sepi
Hanphon ku masih ditangan
Kucoba untuk menulis beberapa bait pesan mengiringi
Kepergian...
kuatur detak nadi..yang kian tak beratur
ku membenci diri sendiri
“kenapa begitu mudah dia pergi”...??
Hingga air mataku berderai lagi..
Tidak terpikir apapun lagi..
Disisi hati khawatirku membucah
Dia belum sanggup membawa ini sendiri
Dia tidak mungkin mendaki jalan terjal ini
Kalaupun dipaksa ini sangat menyakitkan bagiku
Dan baginya
Tidak terpikir apapun lagi
Aku harus memaksanya kembali
Biarlah dia marah disini
Biar dia mencaci, menghina, membenci
Asal dia tetap disini bersamaku
Mungkin selama ini aku keruh hingga dia ikut gersang
Mungkin selama ini aku kusam hingga dia ikut buram
Kuberjanji akan kujadikan dia embun lagi hingga senjaku usai
Aku Tidak terpikir apapun lagi
Hanya bagaimana cita ini kugengam
Bersamamu membangun peradaban
Kalaupun keputusan terpahit nanti
Semoga bukanlah sebuah luka
kita akan tetap bersama
Walaupun tidak bersama
Kerena perpisahan bukan sebuah cita
Semoga Dia mempersatukan kita
Di dunia dan di SurgaNya
LangitSenja 4 Juni 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H