Mohon tunggu...
Mas Acung
Mas Acung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pematangsiantar

Aku tak mau dikenali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rovi Memilih yang Lain

24 November 2024   11:21 Diperbarui: 24 November 2024   11:55 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rovi bergeming. Pikirannya berkutat dengan dua hal. Apa dan bagaimana ia harus memutuskan dua pilihan yang benar-benar berat. Dia dilema. Dilema antara memilih mengurbankan tabungannya untuk persiapan masa tuanya atau menjual motor hadiah dari kepala sekolah tadi. Motor itu diberikan kepala sekolah untuk menghemat waktu dan tenaga Rovi ke sekolah.

"keduanya sama-sama kubutuhkan. Tapi aku harus memilih satu dari keduanya. Bagaimana bila kutanya ibu saja ya" ucapnya untuk dirinya sendiri. Dia memainkan jarinya, mencoba untuk menjatuhkan melalui kata-kata yang berhenti di jari terakhir. Sejenak, dia ragu dengan pilihan yang jatuh pada jari terakhir. Dia memutuskan untuk menelpon ibunya. Ibu menjadi tempat terakhir untuk membantunya.

"Halo ma. Mama lagi sibuk? Aku mau cerita nih ma." Ucapnya begitu telepon dari seberang tersambung.

"Tidak. Mama tidak sibuk." balas wanita paru baya dari seberang.

Begitulah, Rovi menceritakan semua yang ia alami. Mulai dari masalah muridnya, bantuan dari kepala sekolah, pilihan tabungannya, dan rencananya untuk membantu Rafael. Benar. Pilihan terakhirnya bercerita kepada ibu sangat membantunya untuk memutuskan dilema tadi. Ia memutuskan untuk membantu Rafael dengan menjual motor hadiah dari kepala sekolah itu. Sebenarnya dia juga enggan tuk menjual motor itu apalagi itu adalah motor pemberian. Tapi mungkin, dengan alasan yang jelas dan logis kepala sekolah akan mengerti dan menerimanya.

Pilihan Rovi, menghilangkan kesempatan untuk mengehemat waktu perjalanan ke sekolah. Dia tidak terlalu keberatan untuk itu karena pikirnya pasti akan ada jalan keluar seperti yang ibunya katakan sewaktu bertelepon. Benar. Sebelum Rovi menghilang dari balik kantor kepala sekolah, dirinya kembali lagi lantaran suara dari dalam kantor itu memanggilnya. Ia berputar arah dan kembali ke ruangan itu.

"Ada apa bu?" tanya guru muda itu.

"Kami sangat menghargai ketulusan dan kemurahan hatimu. Sekolah bangga memiliki guru seperti mu. Untuk itu, sekolah akan membantu biaya sekolah Rafael dan tetap memberikanmu sepeda motor." Ucap bu Beta menjelaskan.

Siang itu, Rovi kembali ke rumah kontrakan diliputi kegembiraan dan senyuman yang tak pernah lepas dari wajahnya. Ia teringat apa yang ibunya katakan tadi di telepon.

"Ibu menghargai segala pilihan dan keputusanmu dalam hidup. Ibu tahu masalah yang ada cukup berat. Ibu tahu kamu membutuhkan motor itu. Tapi, ibu juga yakin bahwa ketulasan hatimu untuk membantu akan memberikanmu jalan yang terbaik di hari-harimu. Ingatlah, Tuhan punya banyak cara untuk menunjukkan kebaikan-Nya. Dia akan memberikanmu yang terbaik jika kamu melakukan terbaik juga kepada sesamamu."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun