Hadirmu laksana induk yang dinanti..
Sorak sorai dipelosok negeri..
Entah kaya atau nestapa
Duka maupun bahagia..
Sibuk dengan ragam persiapan
Teruntuk tamu agung yang di muliakan...
Menjamu mu adalah sebuah keharusan
Bagi orang yang dahaga  akan kerinduan
Wahai bulan Ramadhon..
Sekarang ini kau hanya simbol..
Bukan lagi sebagai kewajiban...
Hanya segelintir orang yang merasakan
Dimana dia berasal..
Duhai bulan yang penuh berkah..
Kenapa aku lalai dalam beribadah..
Sedangkan kau pergi dengan mudah..
Sedikit pun hati tak gundah..
Wahai bulan seribu bulan...
tak ada penyesalan..
Tanpa ada tangisan...
Saat aku kau tinggalkan.
Duhai tamu agung..
Jangan kau adukan bahwa aku orang yang lalai..
Jangan kau adukan aku ini orang yang melupakan..
Jangan kau adukan agar aku dimasukan kedalam jahanam
Aku mohon...
Aku mohon dengan sangaat...
Jangan kau adukan,
Wahai Tamu agung..jangan...
Duhai Bulan yang agung..
Jangan kau tinggalkan aku tanpa ampunan..
Jangan kau berlalu tanpa meninggalkan rindu..
Walaupun ku t
ak yakin tahun esok kita bisa bertemu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H