Mohon tunggu...
Putra Madura
Putra Madura Mohon Tunggu... Arsitek - Pegiat Medsos

Tulisan ini merupan proses untuk terus belajar dalam memenuhi standart karya dan layak untuk di baca, jika ada saran jangan segan-segan disampaikan sebagai langkah untuk menuju ke yang lebih baik. Terimkasih untuk para penikmat tulisan sederahana saya dan salam literasi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Democracy atau Democrazy?

14 April 2019   13:56 Diperbarui: 14 April 2019   13:58 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu lagi menjelang pemilu, ujaran kebencian dan berita bohong kian tidak terbenam. Padahal sudah jelas rakyat semakin cerdas, rakyat semakin paham mana yang bekerja nyata dengan jual teori saja.

Sejujurnya saya bangga, demokrasi di era pak Jokowi semakin baik. Gagasan kreatif dan inovatif serta kerjasama terbuka tanpa adanya halang rintang. Namun, hari-hari menuju pemilu justru semakin sadar bahwa demokrasi kita sedang dimanfaatkan salah satu pasangan calon untuk menggembar-gemborkan politik identitas, politik yang hanya dinikmati segelintir golongan, dikuasai beberapa orang untuk menyebarkan ujaran-ujaran kebencian antar saudara. Ini menyakitkan!

Padahal politik identitas sangat membahayakan. Di Indonesia, politik identitas sering didasarkan pada kepercayaan dan suku bangsa. Contohnya; ujaran kebencian yang bersifat SARA yang digunakan sebagai alat untuk menjegal pihak lawan politik seperti yang marak terjadi saat pemilihan gubernur Jakarta kemarin. Selain itu, politik identitas juga digunakan sebagai salah satu strategi kampanye untuk para kandidat dalam Pemilu, serta menjadi alasan beberapa orang untuk memilih.

Misalnya seseorang memilih kandidat bukan berdasarkan kualitas politisi tersebut (pertimbangan visi dan misi atau program kerja) namun berdasarkan identitas dari kandidat, misalnya kandidat tersebut beragama tertentu, karena kandidat tersebut memiliki wajah yang sesuai dengan ciri golongan tertentu dan lain sebagainya yang tidak serta merta ada korelasi dengan pekerjaannya dalam menjalankan amanat bangsa dalam bidang kepemerintahan.

Itu artinya mereka tidak paham betul bagaimana seharusnya demokrasi seharusnya. Bahkan sudah ada yang menjadi korban, dari pembuat dan penyebar hoax juga ujaran kebencian pada masyarakat menengah ke bawah yang notabene hasil dari ketidak-valid-an informasi beredar. Pada akhirnya membakar amarah saudaranya untuk menghina saudara lainnya. Ini menyakitkan!

Baru-baru ini, Pak SBY sebagai bapak bangsa memberikan pesan dalam surat terbuka untuk para paslon tetap menjaga kerukunan, persatuan dan kesatuan antara Warga Negara Indonesia (WNI), untuk mengedepankan kebhinnekaan dan inklusivitas dalam kampanye dengan tidak melakukan orasi-orasi yang dapat membakar emosi masa sehingga menimbulkan kebencian antara saudara setanah air.

Saya sangat setuju, Indonesia ini hebat, luar biasa dengan terbentuk dari ribuan pulau, jutaan etnis dan budaya serta ratusan Bahasa, masih bisa kita hidup rukun, saling tolong menolong, dan lebih mendalam saling mendoakan. Inilah Indonesia yang sebenarnya!

Tentunya kita tahu Pancasila adalah ideologi terbaik bangsa, Pancasila menjaga kita tetap satu, tetap menjadi negara yang didambakan keramahannya, kesantunannya oleh negara lain.

Jangan sampai demokrasi ini dihancurkan oleh oknum dan berdampak pada ketidakadilan yang menyebabkan kegilaan massal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun