Mohon tunggu...
Fikry Rama
Fikry Rama Mohon Tunggu... -

Publicist & Promotion Movie | trigundardo@gmail.com @IFTAOfficials ,@MisteriusMovie , @FilmaresExpo , @TobaDreamsFilm , IG : Premiere_Magz , @MiemienTheMovie

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tempat Bunker Jepang Wisata Sejarah yang Hilang: Lakkang Kota Makassar

20 Oktober 2014   15:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:24 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lakkang merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Tallo kota Makassar Sulawesi Selatan. Lakkang merupakan salah satu daerah wisata sejarah yang ada di kota Makassaryang telah diresmikan tahun 2011 kemarin. Daerah ini juga merupakan sebagai  salah satu pusat penelitian lingkungan hutan mangroove yang ada di Makassar.  Konsep ini telah direncanakan oleh pemerintah Kota Makassar melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar dan telah direspon oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Salah satu wisata sejarah yang dapat kita jumpai di Lakkang yaitu Bunker.Bunker merupakan tempat perlindungan dan mempertahankan diri dari serangan musuh yang dibuat oleh tentara Jepang. Pada umumnya bentuk denah bunker rata-rata segi empat atau kubus yang dilengkapi dengan ventilasi udara dan lubang pengintaian.

(alat transportasi menuju Lakkang) Untuk menuju Lakkang cukup mudah karena tersedianya transportasi yang memadai. Daerah ini cukup dekat dengan Universitas Hasanuddin (Unhas). Jadi pertama-tama saya jelaskan rute menuju daerah Lakkang. Di mulai dari pintu 1 masuk Unhas, kita naik angkot dan turun di depan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Nah depannya ada lorong menuju desa kera-kera. Dengan berjalan kaki sekitar 15 menit sampailah kita di desa kera-kera. Setelah itu, silahkan bertanya ke salah satu warga tempat dermaga untuk menuju desa Lakkang. Cukup dekatdari pintu masuk dari desa kera-kera, sekitar 5 menit kita akan sampai di dermaga. Nah setelah sampai kita naik perahu dengan biaya Rp.2000/orang untuk menuju tempat wisata sejarah. Ini merupakan satu-satunya akses yang ada dan akses transportasi terakhir untuk menuju kesana dan memakan waktu kurang lebih 15 menit. Jadi warga Lakkang juga menggunakan akses ini untuk menuju ke Kota.

(suasana di atas perahu)
(Empang milik salah satu warga Lakkang) Setelah turun dari perahu, tibalah kita di Lakkang. Kita akan melihat beberapa empang milik warga. Empang ini merupakan objek wisata memancing yang ada di tempat wisata sejarah ini. Sayangnya dareah ini kurang terpublikasi. Tidak banyak pengunjung yang datang. terkadang mereka hanya ingin memancing saja, tidak ingin melihat objek wisata sejarah yang ada di Lakkang. Sesuai dengan data yang ada, terdapat 7 bunker yang dapat kita jumpai. Beberapa bunker yang ada sudah rusak, ada yang sudah menjadi tempat pembuangan samapah dan juga sudah tergabung menjadi pondasi rumah. Sungguh sangat disayangkan, melihat potensi wisata sejarah yang dimiliki beberapa sudah hilang. Wargapun tidak bisa disalahkan akan kejadian ini karena minimnya pengetahuan tentang bunker. Pemerintah mestinya dari dulu sudah dapat melihat potensi ini, dan seandainya lebih cepat merespon tempat ini, maka kejadian ini tidak akan terjadi. Dan janji oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata untuk memberi papan nama pada bunker untuk menjadi tanda sejarah, namun hingga saat belum terealisasikan.
(sisa bunker yang hancurkan untuk membangun pondasi)
(bunker menjadi tumpukan sampah) Semoga informasi ini dapat  bermanfaat bagi pembaca. Harapan kami semua, semoga tidak ada lagi pengrusakan-pengrusakan bukti sejarah yang terjadi karena kurangnya perhatian PEMERINTAH. Indonesia punya banyak ragam budaya khususnya Makassar. Jika tidak bisa memperbaiki jangan merusak.. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun