Ada hal-hal yang kurang menyenangkan ketika saya tinggal di Singapura. Hal-hal yang kurang menyenangkan itu datang dari kerabat sendiri, beberapa teman, serta orang-orang yang kami temui. Ya..ini terjadi Karena menurut saya, mereka kurang mengerti serta tidak paham dengan negeri Uncle Lee ini. Yang mereka tahu hanya, “katanya….dan katanya…”. Ini jelas tidak benar dan tidak bisa dijadikan alasan untuk melakukan sebuah pernyataan.
Ketika baru menjemput adik di asrama, saat itu saya bertemu dengan salah satu orangtua teman adik serta kerabat teman adik. Saat itu si ibu itu bilang kesaya, “di Singapura itu kan cina semua, cari makanan halal susah, makanan disana gak halal semua!”. Pendapat itu mereka dapatkan berdasarkan cerita-cerita dari teman TKI yang merupakan tetangga mereka didaerah asalnya. Ketika mudik kedaerah asal sana, tepatnya ketika sampai dirumah orangtua, berbagai tanggapan miring tentang Singapura bergema diantara kerabat. Ada yang bilang, “tinggal kok di negeri Cina, gimana makannya?”. Yang lain lagi bilang, “disana negeri Cina, orang cina semua, gak ada masjidnya”. “ Gak ada orang muslim disana!”. Ada yang bilang juga, “Singapura itu negeri cina, karena pemimpinnya cina”. Saya jadi berpikir dari mana pandangan seperti itu muncul? Serta dari mana pikiran yang seperti itu kok bisa muncul diotak mereka? Apakah mereka sudah pernah membaca tentang negeri Uncle Lee ini, atau belum? Apakah sudah pernah datang ke negeri Uncle Lee ini? Yang pasti belum tentunya. Karena menurut pandangan saya, yang tinggal di negeri Uncle Lee ini, semua pandangan itu tidak benar adanya. Pendapat-pendapat seperti itu mereka dapatkan dari cerita-cerita orang, yang “katanya….katanya…dan katanya….”. Padahal orang yang menceritakan itu belum tentu pernah menginjakkan kaki di negeri Uncle Lee.
Negeri Unle Lee ini, memang sebagaian besar penduduknya adalah orang Cina. Tapi ini bukan berarti Singapura adalah Negeri Cina. Sama seperti Negara kita, Republik Indonesia, kita bisa menemui orang jawa disetiap daerah, diluar pulau jawa tentunya, tapi tentu ini bukan berarti Negara Republik Indonesia adalah Negeri Jawa. Indonesia, sebagian besar penduduknya adalah orang Jawa, yang tersebar hampir diseluruh penjuru nusantara, bahkan orang jawa banyak yang menguasai kantong-kantong pemerintahan. Begitu juga dengan Singapura, Singaporeans yang cina, banyak yang mengusai kantong-kantong pemerintahan, tetapi saya katakan sekali lagi, ini bukan berarti Singapura adalah negerinya orang cina. Karena dalam kenyataannya, Singaporeans, tidak hanya orang Cina. Penduduk Singapura itu beragam, sekalipun keberagamannya tidak sebanyak Indonesia. Singaporeans, terdiri dari Cina, India, serta Melayu. Sedangkan Negara kita Republik Indonesia, penduduknya juga beragam, ada jawa, sunda, batak, dayak, papua, ambon, dan masih banyak lagi.
Untuk masalah makanan, tentu tidak perlu khawatir, di Singapura banyak jenis makanan. Dan tentu saja berbeda dengan makanan-makanan yang ada di negeri sendiri, yaitu Indonesia. Sekilas memang sepertinya sulit untuk menemukan makanan yang berlabel “halal”, bagi yang muslim. Apalagi ditambah dengan pikiran-pikiran yang negatif tentang makanan di Singapura. Seperti misalnya, makanan di Singapura itu semuanya mengandung “pork”. Seperti kata seorang kenalan, “mau masak sendiripun tetap tidak yakin karena disana bahan-bahan makanan yang dijual pasti tercemar “pork” semua”. Saya sendiri tidak mengerti dari mana asal dari pandangan-pandangan seperti itu. Yang pasti, semua pandangan yang negative itu tidak benar adanya. Food stall, atau warung-warung makan, itu beragam. Makanan yang dijualpun beragam adanya. Disekitar tempat tinggal kami ini misalnya ada food stall, banyak dijumpai warung-warung makan, mulai warung makan india, yang tentu saja menjual beragam makanan india,contohnya fish curry, chicken curry, thosai masala, rujak india, dan masih banyak lagi yang lain, ada lagi warung makan melayu, yang jelas saja menjual makanan khas melayu, seperti nasi lemak, nasi padang, sotong penyet, ikan penyet, mie bandung dan lainnya. Kemudian ada juga warung singfood, yang menjual beragam masakan Singapura tentunya, seperti soup, beragam olahan mie, seafood, ikan, dan juga daging ayam serta daging sapi. Semua warung makan yang ada di food stall yang saya sebutkan diatas tentu saja warung makan yang bebas dari pork, sekalipun chef nya di warung singfood itu orang cina. Yang makan disitu banyak, mulai dari chinnes, india, melayu, orang Eropa, semua suka makan disitu, tergantung selera mau makan apa sukanya. Bagi yang suka dengan olahan pork, juga ada tempat makannya atau warung makannya, yang memang menjual beragam olahan “pork”, daging babi. Intinya semua tempat makan itu telah dikelompokkan dengan jelas. Bahkan tak jarang tempat makan yang telah bersertifikasi halal, tak segan-segan memasang sertifikat halal nya didinding warungnya. Jadi tak perlu khawatir. Karena di Singapura, bila ada warung makan yang berlabel halal, maka harus diikuti dengan sertifikasi resmi. Bahkan disalah satu warung makan langganan kami, tak segan-segan memberikan notice kepada para konsumennya, isi notice nya adalah, bahwa warung makan mereka sedang dalam proses sertifikasi halal. Dan ketika sertifikasi itu telah selesai, maka selembar kertas yang berupa sertifikasi makanan halal dari badan yang berwenang, semacam MUI kalau di Indonesia, akan dipajang didinding warung makan mereka.
Kalau untuk bahan makanan, ataupun makanan-makanan yang dijual diswalayan-swalayan, tinggal dilihat saja, berlabel halal atau tidak. Atau bisa juga dengan membaca komposisi bahan makanan yang bersangkutan. Kebanyakan yang saya temui setiap kali belanja, entah itu belanja mingguan, ataupun belanja bulanan, hampir semua makanan serta bahan makanan yang dijual, berlabel halal. Dan bagi vegetarian, pasti akan suka tinggal di Singapura, karena makanan untuk vegetarian begitu beragam olahannya, dan sangat mudah untuk mendapatkannya disini. Seperti yang kita ketahui bersama, kebanyakan produk makanan di Singapura itu impor, biasanya kalau makanan banyak yang impor dari Negara tetangganya, yaitu, Malaysia, sedangkan kalau buah-buahan biasanya dari Thailand. Begitu juga dengan daging, tentu penjualannya terpisah, antara pork (daging babi), beserta olahan-olahan yang berasal dari pork, dengan daging ayam, ataupun sapi. Perlu untuk diketahui, setiap daging sapi yang dijual per pack misalnya, selalu ada label halalnya. Begitu juga dengan daging ayam. Jadi tidak perlu khawatir tentang makanan halal dan non-halal, bagi muslim yang tinggal di Singapura. Malahan kalau kita beli daging sapi di Indonesia belum tentu ada label halalnya. Kalau menurut saya pribadi justru di Singapura ini pengawasan makanan sangatlah ketat.
Kemudian juga, tentang anggapan bahwa di negeri Uncle Lee ini, tidak ada muslimnya, serta tidak ada masjidnya, itu jelas-jelas anggapan yang salah besar. Memang kebanyakan Singaporeans, itu orang Cina. Tetapi Singaporeans itu juga ada orang India, serta Melayu. Selain budhist, Christian, muslim di sini juga ada, hindu juga ada. Memang masjidnya tidak setiap jengkal ada, seperti di Indonesia, yang setiap jarak beberapa meter sudah ada masjid, ataupun surau-surau kecil. Tetapi satu hal yang harus diketahui, muslim di Singapura itu patut diajungi jempol, kenapa? Seperti bulan puasa kemarin misalnya, muslim disekitar tempat tinggal kami, kalau mau shalat taraweh itu harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Dengan semangat, bagi yang ingin taraweh di masjid, mereka harus naik bus terlebih dahulu. Itupun untuk menuju halte bus agak jauh tempatnya, harus melewati taman, melewati tempat parkir, dan yang terakhir harus menyebrang jalan, kemudian jalan sebentar baru sampai kehalte bus.
Jadi, memang di negeri Uncle Lee ini banyak orang cina, tetapi ini bukan berarti negeri Singa ini adalah negeri nya orang cina. Mereka adalah Singaporeans, yang terdiri dari Cina, India, serta Melayu. Mereka adalah satu, satu Singapura. Sama seperti Negara kita, Republik Indonesia, mau kita adalah orang jawa, orang sunda, orang batak, orang minang, orang dayak, orang ambon, orang papua, kita adalah satu , satu Indonesia. Bukan begitu, kawan?
Bagaimana dengan bidang pemerintahannya? Sama seperti Indonesia juga, semua warga negaranya punya kesempatan yang sama untuk mengisi kantong-kantong pemerintahan. Tanpa adanya diskriminasi, siapa yang mampu, mau berasal dari keturunan mana, entah keturunan melayu, keturunan india, keturunan cina, asal punya kemampuan, mau bekerja keras untuk membangun Negara, kesempatan terbuka untuk berada dijajaran pemerintahan. Tidak ada namanya masyarakat yang berkelompok, tersekat-sekat dalam perbedaan, kamu cina, kamu india, kamu melayu, kamu budhist, kamu muslim, kamu Christian, semua adalah satu, satu Singapura.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H