Ini hanyalah pengalaman pribadi semata, dimana saya sendiri pernah terkena penyakit amandel. Yang saya tahu, penyakit amandel ini bisa menimpa siapa saya, entah anak-anak, maupun dewasa. Dan memang waktu itu, tidak hanya saya yang terkena penyakit amandel, tetapi ada anak tetangga, juga anak kerabat yang terkena penyakit yang sama. Tidak banyak yang dilakukan untuk penyembuhan penyakit itu, kecuali mengunjungi dokter ataupun mengunjungi mantri di puskesmas terdekat.
Amandel (tonsil) itu sendiri merupakan kumpulan dari jaringan limfoid, yang letaknya ada dikerongkongan, tepatnya ada dikedua ujung lipatan mulut bagian belakang mulut. Bila terkena infeksi yang disebabkan oleh bakteri ataupun virus yang masuk melalui mulut dan hidung, dan kerongkongan, maka tugasnya amandel (tonsil), adalah mencegah agar infeksi tersebut tidak menyebar keseluruh tubuh dengan cara menahannya, itu sebabnya mengapa terjadi peradangan amandel, atau masyarakat banyak yang menyebutnya adalah penyakit amandel (tonsillitis).
Waktu itu saya baru masuk kelas satu SMP, dokter memberitahu bahwa saya terkena penyakit amandel. Gejala yang saya alami antara lain, demam, pusing-pusing, tenggorokkan sakit dan nyeri, sampai-sampai karena terlalu sakitnya tenggorokkan hingga membuat tidak enak makan, ya bagaimana mau makan, tenggorokan saja sakit, tidak bisa menelan makanan. Saat itu sering sekali kambuh, hingga sering mengunjungi dokter dan mantri puskesmas. Karena terlalu seringnya mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter , membuat saya bosan. Karena memang pada dasarnya saya itu orang yang sulit sekali untuk meminum obat, dan paling takut dengan jarum suntik. Kata dokter disana serta mantri yang ditemui, kalau sering kambuh-kambuh terus, nanti suatu saat dioperasi saja. Seperti anak tetangga yang sudah dioperasi terlebih dahulu. Saya tidak bisa membayangkan dengan kata-kata operasi itu, jarum suntik saja takut apalagi operasi.
Penderita tonsillitis, memang punya pantangan dalam hal makanan, seperti tidak boleh minum es, tidak boleh makan gorengan, tidak boleh memakan makanan yang ada bahan pengawet serta bahan kimia, dan makanan yang mengandung penyedap rasa. Jadilah saya waktu itu, tidak meminum es serta tidak memakan makanan yang dilarang. Pernah sekali waktu melanggar pantangan makanan tersebut, yang berakibat penyakit amandel itu kambuh dan kambuh lagi. Sering sekali kalau kambuh begitu, disuruh minum minuman bersoda, entah itu coca cola, ataupun sprite, karena menurut banyak orang didesa sana dengan minum itu ( coca cola atau sprite), bisa sembuh  penyakit amandelnya. Tetapi kalau tidak kunjung sembuh-sembuh, ya langsung ketemu dokter kalau punya duit, kalau duitnya pas-pasan ya ketemu yang namanya mantri puskemas saja.
Setelah masuk kelas tiga SMP, barulah saat itu kepikiran untuk mencari obat alternative lainnya, agar sembuh dari penyakit amandel (tonsillitis). Entah resep dari mana saya lupa, entah dari buku resep-resep obat alternative atau dari informasi saudara, yang pasti saat itu, saya disuruh minum ramuan tiap hari agar sembuh dari penyakit amandel itu. Ramuan itu terdiri dari perasan jeruk nipis, dicampur kunyit yang sudah diparut dan diambil airnya, ditambah dengan madu. Tiap hari saya minum itu, karena ingin sembuh dan ingin untuk segera bisa minum es. Minumnya sehari sekali saja. Selain minum resep obat trandisional itu, tentu saja tetap harus menghindari makanan-makanan yang tidak diperbolehkan untuk dikomsumsi.
Ketika memasuki bangku SMA, pengobatan secara tradisional diganti dengan yang lain lagi. Saat itu diberitahu oleh si eyang putri, untuk minum rebusan daun sirih saja. Karena menurut si eyang putri, ada sodara yang entah siapa saya sendiri tidak kenal, pernah punya penyakit amandel, sembuh dengan minum air sirih itu. Perlu dicoba, dari pada masuk meja operasi. Berhubung dirumah orangtua, ada tumbuhan sirih hijau yang subur, jadi tidak perlu repot-repot untuk membeli ataupun mencarinya.
Secara rutin saya meminumnya. Segelas air sirih tiap hari, tiap sore. Karena terlalu ribet bila merebus dahulu, maka cukup diseduh saja setiap akan meminumnya, segelas air panas ditambah dengan selembar daun sirih hijau, tunggu beberapa saat lalu diminum, bila sudah agak hangat airnya. Yang perlu diperhatikan, jangan sampai diminum dalam keadaan dingin.Tetapi lebih sering saya meminumnya dalam keadaan sudah tidak hangat lagi air daun sirihnya. Rasanya pahit memang, menurut saya, tapi bila dibandingkan minum obat-obatan dari dokter, saya lebih pilih minum air daun sirih. Dalam jangka waktu yang lama terus-terusan minum air daun sirih, hingga kelas tiga SMA. Dan tetap berusaha untuk tidak melanggar pantangan makanan-makanan yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi.
Selama beberapa waktu memasuki bangku kuliah, tetap pada prinsip untuk tidak meminum es. Tetapi makan gorengan, lambat laun terpengaruh juga oleh teman-teman kuliah. Tetapi penyakit amandel itu tidak pernah kambuh. Saya, lupa entah disemester berapa, saya mencoba memberanikan diri untuk minum es, untuk yang pertama kalinya setelah sekian tahun sejak SMP tidak minum es. KIra-kira, sekitar semester tiga atau empat. Pertama minum es bersama teman-teman, tidak terjadi apa-apa pada kerongkongan, pun tidak mengalami sakit. Karena penasaran, besoknya, saya minum es lagi dan lagi. Seperti hari sebelumnya, penyakit amandel yang saya derita tidak kambuh. Dan sampai sekarang saya bebas bisa minum es dan makan makanan gorengan kapan saja saya mau.
Entahlah…apakah karena minum resep kunyit, jeruk nipis, dan madu, yang menyembuhkan, atau kah karena minum air daun sirih?? Kalau melihat rentang waktunya, air daun sirih yang lebih lama rentang waktunya, yaitu sejak masuk kelas satu SMA sampai kelas tiga SMA, minum air daun sirih tiap hari, sehari sekali saja.  Sementara, resep kunyit, jeruk nipis dan madu, itu hanya selama kelas tiga SMP saja. Tetapi apapun itu saya bersyukur, sudah tidak takut kambuh lagi kalau minum es ataupun makan gorengan. Dan yang pasti terbebas dari operasi pengangkatan amandel (tonsilektomi), yang menakutkan buat saya. Berdasarkan cerita teman kuliah dulu yang pernah operasi pengangkatan amandel, operasinya memang sebentar tetapi setelah operasi tenggorokkan sakitnya bukan main, ditambah lagi setelah itu tidak bisa bicara selama beberapa waktu serta tidak bisa makan. Kalau kata teman yang operasi itu, sangat tersiksa, dan menakutkan. Maka dari itu saya bersyukur telah diberi kesembuhan. Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H