[caption id="attachment_327574" align="aligncenter" width="300" caption="Nampak dua pintu gerbang Situs Ratu Boko (dok. pribadi)"][/caption]
Pertanyaan ini bukanlah suatu pertanyaan aneh/ asing tatkala kita tahu ada teman atau kenalan kita (orang Indonesia) yang tinggal diluar negara (Indonesia) memilih untuk berlibur dinegara sendiri (ke Indonesia). “Lho aku aja malah pengen ke Singapura, kok kamu kesini (Indonesia)”, kata seorang kawan saya. Adakah yang salah dengan pilihan tempat berlibur kami?? Rasanya sah-sah saja jika seseorang memilih tempat berliburnya dimana saja, termasuk kenegara sendiri (Indonesia), bukan kah negara kita memiliki tempat wisata yang tak kalah menarik dengan negara tetangga?? Lantas mengapa harus dipertanyakan??...
Gengsi adalah salah satu faktor penyebab utamanya, mengapa orang lebih cenderung memilih berlibur ke luar negeri. “Mau berlibur kemana?”...”oh mau ke Singapura (misalnya)”...”wuah..liburan keluar negeri, hebat ya, keren ya..”....Kata-kata seperti inilah yang selalu diharapkan untuk disebut dan didengar. Menyebut “liburan ke negara A kenegara B”.....rasanya naik derajat, naik tingkat, naik pangkat, meningkatkan prestice bagi yang akan melakukan perjalanan liburan keluar negeri. kenapa tidak merasa bangga berlibur dinegeri sendiri (Indonesia)?? Banyak orang merasa bisa “jalan” keluar negeri itu suatu kebanggaan tersendiri, dibandingkan hanya menjamah tempat wisata di negeri sendiri.
[caption id="attachment_327575" align="aligncenter" width="300" caption="Minum teh dengan teko tradisional, ditemani gorengan (dok. pribadi)"]
“Lho gimana tho mas-nya kok malah liburan kesini (Yogyakarta), orang-orang aja pada keluar liburan kesana (Singapura)?!”, kata seorang petugas imigrasi di Bandara Adisucipto Yogyakarta, kala kami datang untuk berlibur di Yogyakarta (jelang akhir tahun 2013- awal 2014) lalu. Memang saat itu kami berbarengan dengan banyak penumpang pesawat (orang Indonesia), baik yang hendak berlibur ke Singapura, maupun yang sudah kembali dari liburannya di Singapura. Kalau kata teman kami di Singapura “it’s funny thing”. Maksudnya, orang Singapura sendiri (Singaporeans) suka berlibur ke Indonesia, seperti Batam, Bandung, Medan, Sumatera Barat, Bali tentunya, untuk mecari sesuatu yang menyegarkan mata dan melarikan diri dari kesibukan harian yang membuat stres, misal melihat pantai, gunung, tempat sejarah dll. Sementara orang Indonesia suka liburan ke Singapura, terutama wisata belanja, mau beli sepatu, mau beli tas....
Disini (Singapura) orang-orang yang kami kenal/ temui rata-rata sudah datang ke Indonesia untuk berlibur. Tak jarang pula diantara yang kami kenal mempunyai menantu orang Indonesia, ada yang dari Surabaya, Medan, juga Aceh. Dan mereka sangat menyukai wisata yang ada di Indonesia, termasuk untuk urusan pijet. Ada seorang kenalan kalau mau pijat (pijat refleksi) harus menyebrang terlebih dahulu, yaitu ke Batam. Tempat wisata yang paling dikenal tentu saja Bali, selain Bali ada Bandung sebagai tempat favorite selanjutnya sebagai tujuan wisata orang Singapura selain Batam dan Bintan. Kata salah seorang kenalan suami, “di Bandung ada gunung, bisa lihat gunung, karena di Singapura kami tidak punya gunung jadi tak pernah melihat gunung”, begitu katanya. Kenalan kami yang lain bilang, “Wih..di Bandung makanan enak ya..saya makan ikan goreng enak sekali rasanya”. Ada kawan suami bilang, “wow pantainya di Bintan bagus sekali, belum pernah liat pantai yang indah begitu..”. Tetangga samping rumah kami pernah bilang, katanya ingin sekali pergi ke Bali, tempat impian dimana ia ingin sekali kesana suatu saat nanti. Ya, mereka sangat menyukai berlibur ke Indonesia.
[caption id="attachment_327576" align="aligncenter" width="300" caption="penjual kinang dalam perayaan Sekatenan (dok. pribadi)"]
Dalam diri saya sejak dulu, sebagai warga negara Indonesia, saya juga mengagumi negara lain seperti Jepang juga Rusia. Namun mengagumi bukan karena ingin berjalan-jalan keluar negeri, menginjakkan kaki keluar negeri, mencari kesenangan, apalagi mencari sebuah gengsi, tapi saya memimpikan untuk bersekolah diluar negeri karena menurut saya sistem pendidikan diluar negeri itu bagus. Diluar itu, saya senang dengan potensi wisata di negeri sendiri. Pernah dulu ketika masih tinggal di Jakarta, orang-orang yang ada disekitar kami berlomba-lomba membicarakan tentang liburan keluar negeri, atau betapa hebat dan kerennya andai bisa berlibur ke luar negeri. Mereka merasa sangat bangga sekali kalau bisa pergi melancong keluar negeri, tak usah jauh-jauh misalnya negeri seberang (Singapura). Tapi kami (saya dan suami) malah terpesona dengan Raja Ampat yang sampai sekarang menjadi tempat impian untuk dikunjungi diwaktu mendatang. Setelah suami kerja dinegara tetangga (Singapura), tinggal juga disini, kami tiap tahun lebih suka mengagendakan untuk liburan akhir tahun kenegeri sendiri (Indonesia) dibanding pergi kenegara tetangga (misal Thailand, kamboja, Myanmar). Meskipun baru bisa “ngubek-ubek” Yogyakarta, itupun belum cukup menjamah semua tempat-tempat menarik yang ada di daerah ini, tapi kami cukup berbangga bisa berlibur ketempat wisata dinegeri sendiri.
Hal positif dari memilih berlibur kenegeri sendiri (Indonesia), sekembalinya dari liburan di Yogyakarta secara tak langsung kami bisa berbagi kisah cerita tentang Indonesia (Yogyakarta) lewat makanan maupun souvenir yang kami bawa. Lewat Bakpia kami bisa berbagi cerita tanpa harus berkata-kata betapa lezatnya kue khas Jogja yang satu ini. Ya lidah sebagai perasa, tanpa bisa dibohongi bisa merasakan betapa mengagumkannya Indonesia. “kue-nya enak sekali, ini untuk pertama kalinya saya tahu dan makan kue Indonesia”, kata seorang tetangga kami. Kawan-kawan kantor suami-pun tak mau kalah untuk berkomentar atas makanan-makanan yang dibawa dari acara liburan kami di Indonesia. “Enak ya..”, kata mereka. Wingko, Yangko, enting-enting, juga dodol menjadi salah satu makanan yang kami beli untuk oleh-oleh. Bangga bukan mendengarnya??...Batikpun bisa bercerita, bagaimana warisan budaya itu sangat indah. “Heeiii...lihat bajunya...ini...bagus sekali...”, teriak seorang kenalan kami yang lain, yang tak sengaja ketemu dijalan. Ya, selain makanan yang sering kami bawa, kami juga membawa pakaian motif batik (entah kaos, celana batik, atau dress). Betapa senangnya ia menerima dress itu, dan betapa gembiranya ketika pakaian itu melekat dibadannya.
Rasa-rasanya kami harus menanggung malu yang berlipat-lipat andai saja kami memilih pergi berlibur kenegara tetangga. Mengapa?? Jelang akhir tahun lalu (2013) ternyata kawan-kawan kantor suami (orang asing pendatang di Singapura) memilih berlibur ke Indonesia, ada yang ke Bali juga ke Bintan. Itu artinya kenapa kami sebagai warga negara Indonesia kok harus pergi liburan kenegara lain (misal Thailand atau Kamboja), sementara orang asing saja malah ingin liburan dinegeri kita (Indonesia). Apa kata mereka kalau saja kami harus menjawab pertanyaan mereka dengan kata, “oh nanti akhir tahun kami akan menghabiskan masa liburan di Thailand atau Myanmar (misalnya)....”. Pasti mereka dengan serta merta akan menjawab, “Oh man...negeramu (Indonesia) itu cantik banget kok kamu malah kenegara orang, kami aja ingin kesana..”. Bagaimana coba rasanya jika kita sebagai orang Indonesia mendengarnya, kalau saya pasti akan merasa tertusuk dengan kata-kata orang asing yang mengagumi negeri kita (Indonesia). Sudah seharusnya kita mengakui akan kecantikan Indonesia, jangan karena gengsi kita mengingkari keindahan negeri sendiri. Kalau bukan kita yang menaikkan derajat wisata negeri sendiri, siapa lagi??....Dan ketika mereka tahu kalau kami akan berlibur ke Indonesia, mereka (kawan-kawan suami) meminta agar dibawakan segala macam info (brosur) yang berhubungan dengan tempat wisata yang kami kunjungi. Memilih berlibur kenegeri sendiri secara tak langsung ikut serta mempromosikan tempat wisatanya.
Tapi itulah yang terjadi, masyarakat kita (Indonesia) lebih suka pergi liburan kenegeri orang dibanding mengeksplore negeri sendiri. Gengsi lebih diutamakan, lebih bermartabat, dan lebih “bergaya” kalau liburan diluar negeri. Padahal dengan kita memilih berlibur dinegeri sendiri (Indonesia) maka kita bisa mengenal dan tahu tentang adat-budaya ditanah air yang sebelumnya mungkin tak pernah kita tahu. Dari situ kita bisa menumbuhkan rasa peduli akan budaya yang ada, paling tidak bila punya anak kita bisa menceritakan tentang budaya yang dimiliki ibu pertiwi agar budaya itu tak hilang ditelan jaman karena secara tidak langsung kita mempertahankan keberadaannya.
Tidak dipungkiri, jaman sekarang mungkin sudah banyak orang kita (Indonesia) yang sudah mulai menenggelamkan ciri khas budaya sendiri. Ada kawan saya bilang, “kamu kok masih pake kebaya sih, padahal dikampung aja udah gak pada pake kebaya, paling yang kebaya-an cuma kalau ada hajatan, itupun yang pakai kebaya yang jadi panitia doang”. Lain lagi dikerabat sendiri bilang, “malu kalau sekarang pake batik, udah gak jamannya lagi pake batik”. Inilah salah satu hal yang membuat saya selalu bersedih hati. Kalau sudah begini, lama-kelamaan kebaya hilang, batik hilang, ditambah lebih suka liburan keluar negeri, ya sudah Indonesia tinggal kenangan saja, karena budaya yang menjadi ciri khas Indonesia sudah tertelan gengsi masyarakatnya sendiri. Dan saya tidak yakin, anak-anak Indonesia jaman sekarang (yang suku jawa) masih mengenal bubur sumsum, cenil, lapis, klepon, gatot, getuk, yang semuanya adalah jajanan tradisional Indonesia. Padahal ada orang Jepang yang ditemui kakak kami saat berlibur di Yogyakarta, orang Jepang itu rela bolak-balik Jepang-Indonesia (Yogyakarta) hanya untuk mempelajari cara membuat tempe, kemudian dia mempraktekan di Jepang dan hasilnya dibagi-bagikan pada teman-temannya. Luar biasa bukan tempe yang merupakan salah satu khas-nya Indonesia menjadi magnet tersendiri bagi orang asing.
Sekali lagi...mengapa sih kita harus memilih liburan dinegeri sendiri (Indonesia)?? Sudah seharusnya kita merasa bangga dengan wisata yang ada dinegeri sendiri (Indonesia). Justru kita seharusnya malu bila ternyata orang asing malah mengenal Indonesia dibandingkan dengan kita yang warga negara Indonesia (katanya...). Dengan memilih untuk berlibur di negeri sendiri (Indonesia) akan banyak manfaat yang bisa kita dapat. Selain bisa mengenal budaya tempat dimana kita berkunjung, secara tidak langsung kita bisa mempertahankan budaya yang ada, misalnya pakaian khas (batik atau kebaya). Masih kah ada rasa gengsi dalam benak kawan sekalian untuk memilih liburan di negeri sendiri??...Kami sama sekali tidak, tidak gengsi. Justru kami (saya dan suami) merasa senang dan bangga memilih liburan di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H