Mohon tunggu...
Acik Mdy
Acik Mdy Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Love flower, love gardening. Love what you grow, and what you love will grow.\r\n\r\nhttp://acikmdy-garden.blogspot.com\r\nhttp://acikmdy-recipe.blogspot.com\r\nhttp://acikmdy-journey.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Di Singapura Juga Ada Jajanan Tradisional Indonesia

28 Mei 2014   03:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:02 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_338698" align="aligncenter" width="300" caption="Kue lapis, macam-macam gethuk, nagasari, dibeli di Bengawan Solo Singapura (dokumen pribadi)"][/caption]

Bila kawan sekalian sedang jalan-jalan ke Singapura dan mencari jajanan khas atau jajanan tradisional Indonesia, rasa-rasanya terdengar aneh ya, orang Indonesia datang ke Singapura hendak berlibur kok mencari jajanan Indonesia. Berbeda dengan kami sebagai orang Indonesia yang sedang bermukim di Singapura, mencari-cari makanan khas Indonesia menjadi sesuatu hal yang sering membuat putus asa. Tapi...rasa putus asa itu bisa sedikit  terobati, karena beberapa jajanan tradisional Indonesia ternyata bisa kami dapatkan dan dibeli disini (Singapura). Ya, meski tinggal dinegeri orang, namun kami masih bisa menikmati jajanan tradisional Indonesia.

Kue lapis, gethuk singkong, gethuk ketela rambat, nagasari, lemper, klepon, kue talam, mendut, tidak asing kan mendengar kata-kata itu??..Ya, jajanan tradisional itu biasa kalau didesa asal saya disebut dengan jajanan pasar. Artinya apa, kenapa disebut dengan jajanan pasar??...Maksudnya, jajanan seperti lapis, klepon, gethuk dll, adalah merupakan jajanan yang banyak dijual dipasar tradisional dan hanya dijual dipasar saja. Bahasa akrabnya sering dikenal dengan jajanan ala kampung/ desa, begitu banyak orang desa asal saya menyebutnya.

Selain dikenal dengan jajanan pasar, jajanan tradisional ini juga dikenal dengan jajanan “home made”, jajanan rumahan. Artinya, bahwa jenis makanan/ jajanan itu dihasilkan dari dapur rumahtangga, dibuat lewat tangan seorang ibu rumahtangga yang ahli membuatnya, dan kemudian dijualnya demi mendapatkan rupiah untuk membantu suami mencari nafkah. Contohnya saja, dulu salah satu warga desa ditempat saya berasal, ada keluarga Madura pasangan suami istri dan beberapa anak. Si istri pandai membuat kue lapis dan mendut. Setiap pagi membawa jajanan tradisional yang dibuatnya kepasar dengan berjalan kaki dan membawanya diatas kepala. Tak jarang ditengah jalan kue-kue tradisional ini telah berkurang karena telah dibeli orang disepajang jalan. Benar-benar asli buatan tangan seorang ibu rumahtangga, bukan buatan pabrik/ industri.

[caption id="attachment_338699" align="aligncenter" width="300" caption="Kue lapis, saya beli dipasar tradisional Singapura (dokumen pribadi)"]

14011981041551907568
14011981041551907568
[/caption]

Masalah kelezatannya tidak usah diragukan lagi. Jajanan seperti kue lapis hasil dapur warga desa kami, rasanya lebih enak dan nikmat, meski tidak akan bertahan lama karena tidak dicampur sama sekali dengan bahan pengawet. Pagi beli harus segera dimakan, bila dimakan sore hari biasanya sudah tidak enak lagi (basi).  Atau kue nagasari, wuahh..rasanya sungguh nikmat sekali. Nagasari ini salah satu dari sekian banyak jajanan tradisional kegemaran saya. Ya, saya pribadi sangat menggemari kue-kue tradisional seperti nagasari juga kue lapis, hingga saat ini dan seterusnya. Bila diminta untuk memilih, mau makan cokelat atau nagasari, maka saya memilih nagasari.

Seiring dengan perkembangan waktu, jajanan tradisional seperti itu telah menghilang dari pasaran saat ini (tidak ada lagi dijual dipasar desa kami). Mungkin  bila saya hendak membeli/ memakan kue lapis, mendut, klepon, nagasari, tidak akan lagi ditemui dipasar (pasar desa kami). Kemana perginya kue-kue tradisional nan lezat dan nikmat itu sekarang??...pembuatnya hanya orang-orang tertentu saja. Ketika pembuatnya sudah berumur dan tidak menjualnya lagi, tidak ada lagi regenerasi untuk tetap menjual kue-kue pasar itu. Tidak hanya itu, warga desa asal saya, kini lebih melirik pada kue-kue yang dipandang lebih modern, seperti bolu gulung, karamel. Diacara-acara syukuran, kenduri/ selamatan, arisan warga, atau acara lainnya, orang sudah tidak menyukai jajanan tardisional lagi sebagai makanan sajian. Katanya tidak bergengsi, makanan kuno dll...

Bila didesa asal jajanan tradisional ini dipandang sebagai jajanan kuno, tidak berderajat, berbeda dengan di Singapura. Saya sering tersenyum (dalam hati) ketika pergi kepasar didekat tempat tinggal kami, atau ketika saya menyambangi toko kue yang ada disalah satu mall. Mengapa??...Saya merasa seperti menemukan kehidupan didesa, bisa menemukan kue-kue kegemaran saya diwaktu dulu tinggal didesa. Sementara sekarang ini untuk mendapatkan kue-kue khas ala desa ini sudah tidak ada lagi didesa kami. Kadang merasa bingung, dalam hati selalu berkata “kami ini sebenarnya sedang tinggal dimana??”. Jajanan khas Indonesia itu nagkring dietalase kaca dan dijual ditempat terpandang.

[caption id="attachment_338700" align="aligncenter" width="300" caption="Ondeh-ondeh, biasa di Indonesia disebut dengan klepon, dibeli di pasar tradisional Singapura (dokumen pribadi)"]

1401198252966996215
1401198252966996215
[/caption]

Saya tak pernah menduga sama sekali akan menemukan jajanan/ kue-kue tradisional tersebut dinegeri Uncle Lee (Singapura). Dalam pikiran saya, didesa asal saja sudah tidak ada, bagaimana bisa dinegeri orang kue-kue tradisional khas Indonesia itu masih eksis. Tiap hari keluar-masuk pasar saya jadi tahu, ternyata ada kue-kue tradisional yang mirip kue tradisional Indonesia dijual disana (pasar tradisional Singapura). Pernah saya membeli kue lapis, ondeh-ondeh (desa asal dikenal dengan sebutan klepon), kue kochi (desa asal disebut dengan mendut), juga tape singkong. Semua jajanan itu saya beli dipasar Singapura. Fantastis kan....kue khas Indonesia itu ada juga di Singapura.

Atau pernah mendengar, melihat toko kue Bengawan Solo di Singapura? Apa yang ada dalam benak kawa sekalian? Saya pernah berpikir bahwa toko kue itu adalah toko asli Indonesia yang kemudian di franchise-kan. Tapi salah besar, ternyata toko kue itu adalah usaha asli/ berasal dari Singapura bukan Indonesia. Jangan terheran-heran lho melihat kue-kue yang dijual, karena di Bengawan Solo menjual jajanan tradisional Indonesia seperti kue lapis, nagasari, gethuk singkong, gethuk ketela , klepon (di Singapura disebut ondeh-ondeh) dll.

Usaha asli dari Singapura kenapa nama tokonya Bengawan Solo?...Cari-mencari lewat google pasti langsung ketemu sejarah toko kue ini. Pemiliknya adalah seorang imigran dari Indonesia bernama Tjendri Anastasia. Bila melihat sejarah di websitenya, tadinya bisnis kue ini dimulai tanpa lisensi, dan dijalankan dirumahnya (HDB apartement). Sampai akhirnya tertangkap oleh Ministry of Environment dan diminta untuk berhenti. Bukannya men-stop-nya, malah mendaftarkan bisnis kue ini ditahun 1979 itu. Sekarang sudah tersebar 38 outlets. Jadi kue-kue tradisional Indonesia ini telah mejeng dioutlet-outlet. Salah satu outlet-nya ada dimall dekat tempat tinggal kami yaitu West Mall.

Hampir semua jajanan tradisional Indonesia dijual disana, serasa lebih lengkap ketimbang dipasar yang pernah saya temui. Kue lapis, lemper, nagasari, macam-macam gethuk, klepon juga mendut. Hanya saja untuk klepon dan mendut berbeda nama disini (Singapura). Karena begitu banyaknya, saya sendiri tak memperhatikan satu-persatu kue-kue itu. Harganyapun cukup terjangkau, hanya berkisar $S 1 bahkan kurang. Murah kan harganya...sudah harga murah, ditambah rasanya lezat.

Tampilannya memang ada yang berbeda untuk beberapa jajanan. Seperti nagasari, biasanya yang saya ketahui, nagasari itu dibungkus dengan daun pisang. Akan tetapi, di Bengawan Solo, nagasari dibungkus dengan plastik bening. Begitupun dengan jajanan yang dikenal oleh kami berupa mendut, kalau di Singapura disebut kochi (kalau tidak salah). Jajanan inipun dibungkus dengan plastik bening bukan dengan daun pisang seperti yang telah saya ketahui. Namun begitu, meskipun dibungkus dengan plastik bukan daun pisang, rasanya tetaplah lezat dan nikmat dimulut. Saya maklum akan hal ini (plastik sebagai pembungkus), karena mencari daun pisang di Singapura bukanlah perkara gampang.

Pembelinya banyak lho di Bengawan Solo, banyak orang menyukai jajanan tradisional Indonesia. Kami jarang-jarang sih datang ketoko kue yang satu ini. Tapi bila kebetulan sedang berada di West Mall, kadang kami suka membeli macam-macam kue tradisional Indonesia. Nah disinilah kami tahu, pembelinya banyak, sampai antri panjang untuk membayar dikasir. Malah saya pernah, mau membeli nagasari tapi stok sudah habis. Artinya kue-kue tradisional Indonesia digemari juga di Singapura.

Saya takjub dengan keberadaan jajanan tradisional Indonesia yang begitu dihargai dan juga diminati oleh warga Singapura. Mereka, orang-orang Singapura memandang kue-kue tradisional itu sejajar dengan kue-kue lainnya yang lebih modern. Kadang saya sering berpikir, kenapa jajanan pasar jaman saya kecil dulu menghilang didesa kami. Padahal rasanya benar-benar enak tiada duanya. Sekarang warga desa sering menganggapnya sebagai makanan kampung/ jajanan orang-orang tidak mampu. Saya sering merasa aneh sendiri, apa iya suatu saat kue-kue khas Indonesia itu malah eksis dinegeri orang??...

Apapun itu kami merasa senang bisa menemukan kue-kue tradisional Indonesia di Singapura. Selain memang dari dulu adalah jajanan kegemaran saya dan sebagai pengobat rasa kangen, dalam diri pribadi ada rasa bangga melihat jajanan pasar yang saya kenal itu tertata rapi dalam sebuah display-display kaca nan cantik. Tak hanya itu, ternyata orang-orang disini (Singapura) pun menggemari makanan/ jajan tradisional Indonesia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun