Setelah melewati jalan yang menanjak dan menurun serta perasaan yang tak karuan seakan tak sampai-sampai karena terasa amat jauh.
Kali ini saya akan bercerita, tetap dengan pengalaman saya yang masih tetap di Kabupaten Banyuwangi. Setelah kemaren membahas tentang Air terjun Lider yang berada di Songgon Banyuwangi. Sekarang kita akan pindah ke Gunung Ijen yang sebagian mengklaim bahwa wisata ini masuk ke Banyuwangi ada pula yang mengklaim masuk ke Bondowoso. Bagi saya ya terserah yang penting saya bisa menikmatinya. Hehe....
Jujur sih, kalo mendaki gunung ini tidak bisa disepelekan seperti ke Air terjun kemarin. Karena selain memang mental dan kekuatan harus siap. Kita juga harus punya pengalaman, ya entah itu liat di Google, Media sosial atau refrensi lainnya yang penting kalian tidak menyesal untuk berkunjung kesini setelah merasakan sendiri.
Saya berkunjung ke Gunung Ijen ini awalnya hanya modal nekat, bersama teman saya yang waktu itu masih duduk di bangku Kuliah semester 4. Kira-kira yah, karena jiwa muda yang meronta-ronta juga rasa penasaran yang teramat tinggi. Benar saja, saya bersama teman saya berangkat dari Asembagus daerah Situbondo sana. Untuk sampai kesini butuh waktu berkisar 2-3 jam lebih.Â
Karena waktu itu saya dan teman saya melewati rute Kabupaten Bondowoso, dari pertigaan Sukosari. Berangkat dari jam 4 sore, kira-kira baru 10 Km perjalanan, hujan deras mengguyur, karena tidak membawa jas hujan membuat saya dan teman saya harus berhenti lama.Â
Setelah cuaca lumayan terang, kami melanjutkan perjalanan. Sampai di Pertigaan arah ijen, di sana terletak Masjid. Karena keadaan pakaian yang basah akhirnya kamipun berhenti untuk sholat dan menggantikan pakaian yang kering.Â
Setelah kurang lebih 1 jam, setelah melakukan semua hal. Kami melanjutkan perjalanan yang berbekal hanya penasaran dan keinginan untuk sampai ke Ijen. Akhirnya sayapun diberikan kesempatan untuk memboncengnya menggunakan sepeda supra, yang terkenal irit dan tahan banting.
Setelah melewati jalan yang menanjak dan menurun serta perasaan yang tak karuan seakan tak sampai-sampai karena terasa amat jauh. Ditambah lagi hanya kami berdua yang melewati rute ini, ya karena gak tau keadaan jadi menganggap tidak ada apa-apa.Â
Tepat berkisar jam 22.00 kami sampai dan ternyata yang awal dikira jam 10 malam bisa langsung mendaki, ternyata di luar dugaan. "Rute jam 2 malam baru di buka mas" ucap salah satu warga yang berasal dari Bali yang menjadi pemburu belerang di dasar kawah.Â
Malam itu memang pengalaman yang amat berharga, saya dan teman saya tidak membawa tenda, tidak membawa apapun persiapan bahkan jaketpun tipisnya tidak disangka ketika berada disini. Terlihat di layar handphone suhu minus 15 derajat.