Menjamurnya Lembaga Survei di Indonesia
Bermunculannya Lembaga Survei menjelang Tahun Politik di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang sangat wajar. Kemunculan tersebut tentunya mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat, karena dari banyaknya Lembaga Survei tersebut tak semua akurat dan dapat dipercaya dan metodologinya dipertanyakan. Selain itu, kerap kali survei internal maupun eksternal yang dilakukan didasarkan atas permintaan kandidat atau partai politik peserta Pemilu. Ada yang mirip-mirip hasilnya, namun ada juga yang merilis hasil berbeda.
Terlepas dari apapun hasil survei politiknya, ternyata ada satu bagian yang amat penting keberadaannya dari sebuah survei yakni 'Data Mentah'. Terkait hal ini, Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pun menyarankan agar lembaga survei di Indonesia mau membuka data mentah dari setiap survei yang dirilis. Tujuannya jelas yakni untuk memperlihatkan sisi transparansi survei tersebut.
"Jadi, ada hal yang penting dilakukan yakni berani atau tidaknya sebuah lembaga survei untuk membuka data mentahnya dari setiap hasil survei yang dirilis. Biar bisa dibaca publik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Agar bisa dibuktikan transparansinya," kata Direktur Eksekutif CSIS Philips J Vermonte di sela Workshop Jurnalis Melek Politik yang digelar AJI Jakarta, Persepi, dan CSIS di Pakarti Center, Jakarta Pusat, Jumat, 16 November 2018.
Menurut Philips, keterbukaan sebuah lembaga survei terhadap publikasi data mentahnya sudah dilakukan di luar negeri dan karena itu sekali lagi ia menegaskan bahwa data mentah memang sangat penting di publikasikan terutama untuk Lembaga Survei yang ada di Indonesia.
Lembaga Survei sudah tak terpercaya?
Tak heran rasanya jika setiap tahun politik lembaga survei selalu mendapat sorotan dari masyarakat. Lembaga Survei yang selalu menjadi acuan dalam memprediksi siapa calon pemimpin yang akan memenangkan kontestasi politik, ternyata hasilnya justru dianggap tak bisa dipercaya lantaran sudah tercampur dengan berbagai kepentingan. Bahkan dikatakan bahwa hasil survei adalah hal yang tak berguna karena merupakan rekayasa dari suatu kelompok saja.
Hal tersebut serasa diperkuat oleh perkataan salah satu pembicara dalam seminar internasional yaitu Dr. G T Ng. Ia menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling efektif dalam menetapkan pemenang dari penyelenggaraan sebuah pesta demokrasi. Sebab, di Somalia perlu 20-30 hari untuk menentukan pemenang. Di Amerika, hanya beberapa jam setelah pemungutan suara dilakukan. Namun, di Indonesia mereka sudah tau hasilnya bahkan sebelum pemilihan.
Dalam praktiknya, sah-sah saja bagi lembaga survei melakukan survei dan mempublikasikannya. Sebagaimana mengutip laman bawaslu.go.id, bahwa kandidat, partai politik, dan penyelenggara pemilu, dan lembaga survei bisa memberikan informasi-informasi berkaitan penyelenggaraan pemilu. Namun, seperti di awal bahwa transparansi akan data dan metodologi harus benar-benar dibuktikan agar Lembaga Survei bukan hanya sebagai sebuah permainan.
Survei adalah Pedang Bermata Dua
Survei dapat menjadi pedang bermata dua karena seharusnya survei dilakukan lembaga independen untuk memperkirakan pemenang dalam pemilihan seorang pemimpin dan hasil survei biasanya memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil pemilihan. Biasanya juga, sebuah survei mampu memprediksi secara tepat siapa sosok calon pemimpin yang akan menjadi pemenang dan siapa akan kalah sebelum kampanye digelar.