[caption id="attachment_129229" align="aligncenter" width="448" caption="Foto dokumen pribadi"][/caption] Memasuki lobi gedung Jakarta Convention Center (JCC), tamu undangan launching Kompas TV sudah disuguhi dekorasi yang menggambarkan sebuah petualangan alam, Jumat (9/9). Motor tril maupun mobil jeep yang dipajang menambah kuatnya tema unggulan yang akan diusung televisi yang mengambil tagline ”Inspirasi Indonesia”. Nama program acara ini bernama Eksplorasi Teroka. Kuatnya nuansa kekayaan Indonesia yang akan ditampilkan Kompas TV terlihat dalam acara launching yang bertemakan ”Simponi Semesta Raya” dengan menampilkan berbagai kebudayaan Indonesia termasuk permainan anak-anak yang sudah ditinggalkan. Saya yang mengalami waktu anak-anak di era 1980-an seolah-olah diingatkan kembali dengan acara Lauching ini. Lagu-lagu anak-anak yang diajarkan guru TK saya pada 1985, dimunculkan dalam acara tersebut. Lagu "Yo Prokonco", "Cik Cik Periok", dan "Sipatokaan" begitu enak didengar dengan arasemen baru. Saat anak-anak menyanyikan lagu itu, pendongeng PM Toh menyelipkan cerita-cerita yang penuh inspirasi dan menggugah bagi anak Indonesia. Begitu juga dalam acara launching ini juga menampilkan musik Indonesia di era 1990 dan 2000 yang lebih menampilkan idealisme bermusik dan tidak ikut-ikutan dalam arus pangsa pasar. Para Penyanyi seperti Afgan, Tangga, Judika dan Bayu Risa menyanyikan beberapa lagu milik Peterpan, Gigi, Jamrud, dan Slank dengan arasemen baru dan berhasil memukau para penonton yang hadir. Apalagi setiap Afgan bernyanyi para penonton yang berada di depan terutama para cewek ABG terbius dengan kegantengan dan suara emasnya. ”Afgan..Afgan..Afgan..” Tidak ketinggalan pula paduan suara menyanyikan lagu Rasa Sayange. Lagu yang pernah menjadi polemik dengan negara Jiran ini dapat menggugah para penonton untuk memelihara lagu-lagu yang dimiliki bangsa Indonesia. Teman saya, kompasiners Robert Mubarrod saja sampai terharu dan menitiskan air mata saat lagu yang pernah diakui milik Malaysia itu dinyanyikan dengan cukup baik. Keberhasilan menyanyikan lagu ini tidak lepas dari Composer Addie MS, Pianis: Andi Rianto dan Conduktor: Erwin Gutama. Ketiga maesto musisi Indonesia berhasil membuat lagu Rasa Sayange enak didengar dan menumbuhkan rasa nasioanalisme yang begitu tinggi. Begitu dalam acara ini lagu-lagu Iwan Fals ”Yang Terlupakan”, ”Kumenanti Seorang Kekasih”, ”Aku Bukan Pilihan”, dan ”Mata Indah Bola Pingpong” yang diaresemen ulang Andi Rianto dan dibawakan vokalis Giring, Marcell, Sandhy Sondoro, dan Judika. [caption id="attachment_129227" align="alignleft" width="300" caption="Sukardi Rinakit (Sumber Foto: www.berpolitik.com)"][/caption] Idealisme Kompas TV Walaupun acara launching ini dibuat sangat mewah, tetapi memiliki pesan-pesan moral yang tinggi seperti mencintai tanah air. Gesekan biola Clarissa Tamara Lagu Bagimu Negeri di awal acara membuat para penonton terperana dan bulu kuduk saya merinding. Saya menilai Kompas TV membawa pesan-pesan untuk mencerahkan masyarakat Indonesia sebagaimana dikatakan Chairman Kompas Gramedia Grup Jakob Oetama. Sumber Pendapat Jakob ini diamini peneliti senior Peneliti Senior Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) Suryadi Rinakit yang sempat saya temui sebelum acara launching Kompas TV. Menurut pria alumni doktor ilmu politik National University of Singapore, Kompas TV akan menjadi tayangan alternatif yang akan diserbu para pemirsa televisi. ”Saya yakin Kompas TV akan menjadi media alternatif yang akan dinikmati para pemirsanya terlebih lagi, saat ini masyarakat sudah bosan dengan tayangan televisi yang sudah ada,” papar Sukardi. Menurut Pria Kelahiran Madiun, 5 Juni 1963, Kompas TV akan menampilkan tayangan yang cukup idealis dan cerdas untuk membangun masyarakat Indonesia yang lebih baik. ”Saya kira Kompas TV tidak akan mengekor dengan televisi lainnya, karena saya sudah tahu filosofi berdirinya koran Kompas,” jelasnya. Sukardi justru menyakini idealisme yang dipegang Kompas TV dan tidak tergantung dengan rating. ”Kompas TV bukan mengikuti pangsa pasar tetapi akan menciptakan pasar baru dalam trend pertelevisian di Indonesia dan itu akan diikuti televisi lain,” paparnya. Ditanya pengalaman Kompas Gramedia yang pernah membuat televisi (TV 7) dan akhirnya dibeli Trans Corporation milik Chairul Tanjung, Sukardi mengutarakan, Kompas TV akan belajar dari pengalaman masa lalunya. ”Manajemen Kompas TV akan belajar dari pengalaman masa lalu,” ujar Sukardi. Kehadiran Kompas TV, kata Sukardi menjadi momentum yang tepat di tengah masyarakat yang sudah mulai bosan dengan acara di televisi yang banyak menampilkan gosip, sinetron tidak bermutu maupun berita politik yang banyak berkepentingan dengan para pemilik medianya. ”Kehadiran Kompas TV sangat tepat di tengah kritik masyarakat terhadap tayangan televisi sekarang ini,” ungkapnya. Salam Kompasiana Jakarta, 10 September 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H