Mohon tunggu...
Abang Din
Abang Din Mohon Tunggu... lainnya -

Pemula yang masih perlu banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Seekor Semut, Kita Merenung

3 Juli 2011   21:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:58 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Manusia pada umumnya tidak begitu memperhatikan pentingnya berfikir tentang beragam makhluk hidup yang mereka lihat di sekitarnya. Mereka tidak membayangkan bahwasannya benda-benda hidup yang mereka jumpai setiap hari tersebut memiliki ciri-ciri yang sangat menarik.

Sebaliknya, bagi seseorang yang beriman, setiap makhluk hidup ciptaan TUHAN memiliki karakteristik yang menunjukkannya sebagai sebuah ciptaan yang sempurna. Semut adalah salah satu diantaranya.

Bahkan dengan hanya mengamati cara berjalan seekor semut pun dapat mendorong akal kita untuk berpikir. Semut menggerakkan kaki-kakinya yang sangat kecil secara berurutan dan sangat terorganisir, mengetahui dengan baik dan sempurna kaki yang mana yang seharusnya melangkah terlebih dahulu untuk kemudian diikuti kaki yang lain. Ia dapat berjalan dengan sangat cepat tanpa lelah.

Serangga mungil ini mampu mengangkat beban yang bobotnya jaul lebih berat dibanding dengan tubuhnya, dan membawanya ke sarang sendirian. Ia mampu menempuh perjalanan yang jaraknya sangat jauh dibandingkan dengan panjang tubuhnya yang sangat pendek. Di atas tanah yang rata dan tidak berjejak, tanpa penunjuk arah, semut dapat mudah menemukan sarangnya. Kendatipun lubang masuk sarang terlalu kecil bagi manusia untuk menemukannya, semut tidak merasakan kebingungan dan menemukan sarang tersebut, tak menjadi soal dimana sarang tersebut berada.

Ketika sedang berada di kebun dan melihatg semut-semut yang berbaris satu dengan yang lain, bekerja keras dan bersemangat mengangkut makanan ke dalam sarangnya, seseorang tak mampu berhenti bergumam dalam hati mengapa makhluk yang mungil ini kelihatan seolah-olah bekerja begitu keras. Seseorang kemudian menyadari bahwa semut tersebut mengumpulkan makanan tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk para anggota koloni semut yang lain, untuk sang ratu dan bayi-bayi semut.

Bagaimana semut yang mungil yang tidak memiliki otak yang sempurna akan tetapi mampu berperilaku rajin, disiplin dan berkorban untuk yang lain adalah sesuatu yang perlu untuk direnungkan. Setelah memikirkan secara mendalam tentang fenomena-fenomena ini, seseorang mencapai sebuah kesimpulan: semut, sebagaimana makhluk hidup yang lain, berperilaku dengan mengikuti petunjuk TUHAN dan mematuhi perintah-perintahNYA saja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun