"Jika kamu suntuk, kehabisan ide untuk menulis, datang saja ke toko buku. Banyak inspirasi di sana."
Kalimat singkat dari seorang teman inilah yang membawa saya menuju Gramedia di Jalan Merdeka Bandung. Berbekal kepenatan terhadap tugas kuliah yang perlahan menumpuk, dan keinginan untuk menulis yang tidak sejalan dengan ide yang mengalir dalam kepala, tanpa saya sadari saya sudah duduk nyaman dalam angkutan umum warna hijau menuju Gramedia. (Saya tidak tahu angkot itu jurusan apa, akan tetapi angkot di Bandung berbeda warna tiap jurusan yang memudahkan saya untuk mengingat)
 Gramedia Bandung sendiri terdiri atas empat lantai, dimana tempat favorit saya, yaitu tempat buku novel dan komik ada di lantai tiga. Komik tentu saja menjadi tujuan pertama saya di Gramedia. Sebagai penggila berat dari komik Jepang, saya selalu berusaha mengikuti komik keluaran terbaru Gramedia, mulai dari Naruto, Yugioh, Hunter X Hunter, hingga Bakuman. Akan tetapi, hari ini entah kenapa perhatian saya tertuju pada komik Eropa, The Adventures of Tintin.Â
Melihat komik ini dipajang melambungkan ingatan saya menuju satu dekade silam, dimana saya masih gemar mengoleksi komik eropa. Akan tetapi, dari seluruh komik eropa yang saya baca, Tintin merupakan komik terbaik yang pernah saya koleksi. (Sebenarnya ibu saya yang mengoleksi. Tapi saya sering mengaku itu milik saya)
Komik yang mulai terbit tanggal 10 Januari 1929 ini memang tergolong komik yang menarik. Berbagai petualangan yang disuguhkan oleh Herge, sang pembuat komik, menyajikan berbagai konfik dan ketegangan. Petualangan dari berbagai belahan dunia yang dikombinasikan dengan gaya gambar yang seolah memperlihatkan kehidupan nyata di daerah tersebut membuat komik ini lebih menarik dinikmati.Â
Konflik yang dihadapi pun beragam, dan terkait isu-isu di daerah yang sedang dijelajahi Tintin. Misalnya saja, pada buku Tintin  Lotus Biru menceritakan sindikat opium di dalam Lotus Biru. Atau Hiu-hiu Laut merah yang membuat Tintin berurusan dengan sindikat perbudakan yang ada di daratan afrika. Ada lagi Tintin dan Picaros dimana ia harus membantu seorang Jenderal bernama Alcazar untuk menggulingkan tahta kepala negara dari musuh bebuyutannya, presiden Tapioca.Â
Ada satu buku yang mungkin lumayan menggelitik untuk pembaca. Judulnya adalah penerbangan 714. Dalam cerita tersebut, latar belakangnya berada di Indonesia, lebih tepatnya pulau Komodo. Sayangnya, pribumi Indonesia saat itu digambarkan disewa untuk komplotan penjahat yang berusaha menculik Carreidas, seorang pengusaha yang tak pernah tersenyum.
Bandung, 14 Februari 2018
Di tengah gerimis pelan, dinantikan setumpuk tugas perkuliahan