Mohon tunggu...
Achmad Syujai
Achmad Syujai Mohon Tunggu... Guru - pesantrennuris.net

Penulis adalah alumnus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Jember. Saat ini penulis bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di SMK NURIS Jember dan pembina jurnalistik di lingkungan Yayasan Nurul Islam, Antirogo-Jember. Selain mengajar, penulis juga aktif berkarya bersama grup musikalisasi puisi “Selimut Dingin” Jember.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Usulan Nama Ibu Kota Baru Republik Indonesia

27 Agustus 2019   19:36 Diperbarui: 27 Agustus 2019   19:49 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

filckr.com
filckr.com

Dalam tradisi Jepang, umumnya ibu kota adalah tempat di mana istana kaisar berada. Sebelum berpindah ke Tokyo, istana kekaisaran berada di Kyoto. Di sisi lain, Tokyo (sebelumnya bernama Edo) adalah pusat perdagangan dan akses ke barat. 

Peristiwa monumental pemindahan ibu kota dari kyoto ke Tokyo diawali dengan penyerahan Keshogunan Tokugawa sekitar tahun 1868 kepada Kaisar Meiji yang saat itu masih berusia 15 tahun. Meskipun demikian, kekuasaan tertinggi berada di tangan Oligarki (orang yang berkuasa atas suatu organisasi dan negara) yang pada akhirnya memindahkan ibu kota dari Kyoto ke Edo, lalu mengubah namanya menjadi Tokyo.

Kisah Pemindahan Ibu Kota Kesultanan Mataram Islam

Siapa yang menyangka pembalikan suku kata untuk menandai perpindahan pusat pemerintahan juga pernah terjadi di bumi nusantara sendiri. Malahan, peristiwa tersebut terjadi di bumi kelahiran sang presiden saat ini, yaitu Surakarta.

travellingyuk.com
travellingyuk.com
Fenomena pemindahan ibu kota memang sering terjadi di era kerajaan klasik. Hal itu disebabkan adanya keyakinan bahwa ibu kota atau dalam konteks ini keraton, yang pernah jatuh ke tangan musuh dianggap sudah rusak dan tidak layak lagi menjadi pusat pemerintahan. Hal itulah yang membuat Amangkurat II yang memimpin Mataram Islam saat itu memutuskan untuk memindahkan keraton dari Plered ke Wanakerta yang kemudian mengganti namanya menjadi Kartasura Hadiningrat.

Setelah melakukan pemindahan keraton, ternyata kondisi tak juga membaik. Pemberontakan terus terjadi hingga pada masa kepemimpian Sultan Paku Buwana II (1740). Hal itu membuat fisik keraton mengalami kerusakan-kerusakan hebat. Hingga pada akhirnya Sultan Paku Buwana II memindahkan keraton dari Kartasura ke Sala yang kemudian diberi nama Surakarta.

Jika melihat dua peristiwa pemindahan ibu kota di atas, ada sebuah pola dalam penamaan ibu kota baru. Yang lebih tua, adalah pemindahan ibu kota Mataram Islam era Paku Buwana II dari Kartasura ke Sala yang kemudian diubah menjadi Surakarta. Yang kedua adalah pemindahan ibu kota kekasairan Jepang dari Kyoto ke Edo yang kemudian diubah menjadi Tokyo. 

Jika nantinya Presiden Jokowi telah benar-benar memindahkan ibu kota negara ke daerah yang telah dipilih, kira-kira apakah nama ibu kota baru tersebut? Dari Jakarta apakah menjadi Kartajaya?

Bondowoso, 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun