Orang selalu mengaitkan keberuntungan dengan isyarat mimpi yang didapat semalam. Dan mimpi yang populer biasanya kejatuhan durian runtuh, pertanda dalam waktu dekat akan memperoleh keberuntungan. Rupanya, apa yang sudah dialami banyak orang kemudian dijadikan kebenaran.
Namun, sekali ini tidak berlaku bagiku. Maksudku dalam peristiwa kecilku ini, karena semalamnya tidak mendapat mimpi apa pun. Yang justru kuanggap bobotnya melampaui keberuntungan atau hadiah kecil yang kudapat itu.
Pagi-pagi, kebetulan di hari ke 25 Ramadan ini, selepas pukul enam pagi aku membuka akun Facebookku. Yah, acara rutin sebelum berangkat kerja. Namun, berhubung ini sudah libur, dan THR sudah aku kantongi, jadi punya waktu luang menjelajahi FB.
Setelah akses tersambung dengan akunku, rupanya ada banyak notifikasi bertanda kuning di berandaku. Dari notifikasi itu ada yang ngepost di grup, notifikasi jawaban komenku sebelumnya, sampai notifikasi ada note/catatan yang namaku ditagg.
Satu persatu aku buka dan aku bacai. Nah, pada note tersebut hampir tak percaya, aku baca berulang kali namaku memang ada. Aku masuk daftar yang menerima kiriman pulsa.
Asal mulanya pun sederhana. Aku yang radak sebel baca status-status yang singkat, kadang alay juga ada, maka sering berpindah buka di bagian menu notes. Maka, yang muncul adalah note-note yang ditulis warga FB. Asyik juga, karena mirip menjelajahi blog, atau setidaknya tampilan serupa namun tak sama dengan Kompasiana ini.
Di deretan note itu, berbagai bacaan bisa kita dapat. Mulai dari info lomba penulisan, puisi, cerpen, sampai curhat pun ada. Nah, pada sebuah note bersambung yang ditulis akun seorang ibu guru SMA, begitu setelah kubuka profilnya, aku jatuh cinta pada semua tulisanya. Kisah harian di bulan Ramadanya ia tulis dengan lugas, ringan, mengalir, dan pesanya terselip secara halus.
Karena itu, aku sering mengikutinya. Yang diam-diam aku mulai ngfans dengan tulisanya, seperti halnya aku ngfans dengan gaya menulisnya Dahlan Iskan dan Mohamad Sobary. Karena aku orang yang tak bisa menyembunyikan rasa kagumku, aku sering komen di note si mbak pemilik akun ini. Hanya karena merasa ewuh/merasa 'ngak' enak, kok aku yang sering komen, maka sebagai tanda note-nya sudah aku baca, aku tandai cukup dengan like saja.
Rupanya, komenku dan like-ku mendapat perhatian tersendiri. Karena pengakuan si mbak ini, semua itu ikut memacu semangatnya untuk terus menulis. Lagi dan lagi, sampai tak terasa sudah belasan seri.
Aku dan beberapa orang yang mendapat hadiah pulsa itu, sebagai ungkapan terima kasihnya. Hampir-hampir tak menyangka, semua di luar perkiraan. Yang nyata sejujurnya, komenku dan like itu tulus.
Menerima hadiah pulsa itu, kuanggap sebagai keberuntungan, yang tanpa ada isyarat malamnya mimpi kepalaku kejatuhan buah durian. Dan sedikit mengungkap, keberuntungan ini datang di waktu yang tepat.
Aku yang memiliki dua nomer hape, A dan B. Wajarlah orang jaman sekarang punya dua momer sekaligus, namun repotnya baru terasa belakangan. Dua hari ini cukup bingung mana dulu yang perlu diisi pulsanya. Nomer B, adalah nomer buat internetan, yang sudah waktunya diisi. Karena masih pakai sisa bonus.
Sementara nomer A, nomer utama untuk terhubung dengan kerabat dan teman-teman. Namun, sayang karena sejak putus hubungan dengan seorang wanita, nomer utama ini terlantar. Jarang nelpon, juga jarang menerima sms. Jadi, sudah dua mingguan lebih mungkin, cuma ada pulsa seribu rupiah. Cukup aman untuk jaga-jaga membalasi sms yang dipandang penting. Yang pada kenyataanya, tiap hari yang aktif nomer B. Nomer buat internetan, karena mudah lewat hape.
Semula aku bimbang juga, tarik-ulur di hati. Ingin menolak, karena memang semula tak mengharapkan. Sekali lagi, yang aku lakukan itu tulus, di samping kita belum kenal dekat. Karena aku sendiri punya ukuran kedekatan itu, mungkin subyektif, lewat seringnya chat lewat inbox.
Namun, di sisi lain aku juga berencana membeli pulsa untuk menyambut lebaran lima hari lagi. Jadi, kenapa harus ditolak. Rizki datang saat di 'momen' yang tepat, sedang membutuhkan.
Mungkin hidup idealnya seperti ini, tak perlu berlimpah, namun saat kita membutuhkan tiba-tiba ada. Sepertiku saat ini, saat ingin membeli pulsa. Eh, tahu-tahu ada yang ingin membelikanya. Rizki datangnya memang tak pernah disangka-sangka, yah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H