APA yang bisa kita lakukan untuk negeri ini manakala semuanya sudah carut marut oleh mewabahnya korupsi di semua lini? Diam, berpangku tangan, emang gue pikirin, atau kita berikan gagasan brilian untuk menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran?
Semuanya berpulang kepada anak-anak bangsa. Ketika kita semua tidak berbuat sesuatu yang terbaik, sudah bisa dibayangkan betapa bobroknya mental para elit kita yang orientasinya, maaf, terlalu cekak lantaran berorientasi kepada kepentingan finansial semata.
Terlibatnya Andi Mallarangeng dalam kasus Hambalang, menunjukkan betapa rapuh dan gagalnya Istana dalam mengawasi jalannya good government (tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa). Â Kalau Andi Mallarangeng berani mundur dari jabatannya sebagai Menpora, mengapa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak mengikuti jejak Andi?
Apalagi jauh-jauh hari sebelumnya, Presiden SBY dengan lantang mengatakan dirinya akan memimpin sendiri pemberantasan korupsi. Apa yang terjadi? Dua pengurus DPP Partai Demokrat  M Nazarudin dan Angelina Sondakh menjadi tersangka dan dijebloskan ke penjara. Lalu disusul oleh Andi Malarangeng.
Kita semua tahu, ketika Presiden SBY melantik anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, ada 34 menteri dan dua pejabat tinggi negara yang mengucapkan sumpah dan dipimpin SBY. "Saya bersumpah bahwa saya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali menerima dari siapapun juga langsung atau tidak langsung sesuatu janji atau pemberian."
Sumpah hanya sebatas di kata-kata. Waktu akhirnya berbicara. Orang-orang dekat SBY kena garuk KPK. Belum lagi, kasus suap melibatkan anggota Polri, jaksa, hakim dan anggota DPR. Sunggguh ironi...! Sebagai panglima terdepan dalam pemberantasan korupsi, SBY telah kebobolan 3-0. So...? Masikah Istana berwibawa? Akankah Presiden SBY akan mundur, karena tiga peristiwa kasus korupsi melibatkan kader terbaiknya telah menampar wajah SBY dan meruntuhkan wibawa serta harga diri 'Panglima Terdepan Pemberantasan Korupsi'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H