Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wanita Penjual Mie Pangsit yang Gigih Berjuang untuk Pendidikan Anaknya.

4 November 2012   13:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:59 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_214673" align="aligncenter" width="448" caption="Yayuk, wanita tangguh pedagang mie pangsit dan dua anaknya (dok. pribadi)"][/caption] Kurniawan Bimo Ramadani, 15 tahun, anak dari teman sekelas sewaktu di SMU dulu, Yayuk Susworini. Dia bukan anak biasa, meski hidup dari keluarga biasa. Ia anak yang berprestasi yang luar biasa diantara hidup yang biasa-biasa saja. Kurniawan salah satu siswa berprestasi yang masuk ranking sepuluh terbaik lulusan dari SMPN 1 Situbondo, SMP terbaik di kampung halamanku. Kini Kurniawan bersekolah di Sekolah Favorit di Kota Situbondo, SMUN 1 Situbondo kelas X. Kami yang sudah dua puluh tahun berpisah sejak lulus SMU dan baru hari ini (3/11/2012) kembali bertemu dalam suasana lain. Kami dulu sekelas dalam suasana keceriaan menuntut ilmu. Kini kami memiliki cerita yang berbeda. Yayuk, nama teman saya yang juga Ibu dari Kurniawan, mengisahkan perjalanan hidupnya, ketika saya dan teman saya Rony berkunjung ke rumahnya di Paowan Situbondo. Yayuk dan keluarganya memang salah satu keluarga yang sangat gigih memperjuangkan pendidikan anaknya. Meski Yayuk hanya berjualan Mie Pangsit di ruamhnya dan suaminya seorang juru parkir di kota Situbondo, namun mereka memiliki cita-cita tinggi untuk Kurniawan. Yayuk sangat mencita-citakan kurniawan menjadi perwira Tentara Nasioanal Indonesia (TNI). [caption id="attachment_214674" align="aligncenter" width="448" caption="Yayuk sedang membuat Mie Pangsit untuk pembeli (Dok. pribadi)"]

1352034285379910485
1352034285379910485
[/caption] Penghasilan yang kecil tak mengecilkan harapan dan cita-cita Yayuk dan keluarganya untuk mewujudkan mimpinya dan mimpi Kurniawan. Dari berjualan Mie pangsit, Yayuk hanya mendapat sekitar Rp. 15.000/hari. Daryanto, suami Yayuk, tak kalah tekunnya bekerja. Dari pukul 08.00 – 17.00, Daryanto bekerja sebagai Juru Parkir. Tidak banyak yang diperolehnya dari bekerja mengatur parkir kendaraan ini yaitu Rp. 200.000 per bulan. Gaji sebesar itu ia peroleh bahkan tidak tidap bulan melainkan 3 bulan sekali. Untuk menambah penghasilan lain, sepulang kerja parkir, Daryanto langsung berangkat ke Kendit untuk berjualan Mie pangsit keliling. “Kendit, kan jauh, Yuk?” kata saya. Saya membayangkan sebuah tempat yang berjarak satu jam dari tempat tinggal Yayuk di di daerah Paowan Kecamatan Panarukan Situbondo. Kendit adalah salah satu kecamatan yang letaknya sangat jauh dari Kota Situbondo dan terkenal berbukit. “Gak cape, apa, Yuk? Pulang kerja langsung ke Kendit? Jam berapa pulang ke rumah lagi? Tanya Rony, teman saya yang ikut berkunjung ke rumah yayuk. “Biasanya Jam 12 Malam.” Jawab Yayuk. “Kuat sekali suami kamu, Yuk?” “Mau apa lagi, Ron? Yang penting anak-anak bisa sekolah dengan baik." jawab Yayuk dengan bersemangat. [caption id="attachment_214675" align="aligncenter" width="448" caption="Yayuk dan gerobak mie pangsitnya (dok. pribadi)"]
13520343711381687194
13520343711381687194
[/caption] Saya paham dengan jawaban Yayuk. Ia dan suaminya rela bekerja keras demi mewujudkan cita-citanya agar anaknya lebih baik dari dirinya. Pendidikan baginya sangat penting dan harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Sungguh sangat tepat bila Yayuk kami bantu dan dapat dijadikan contoh bagi orang tua lain dalam berjuang demi pendidikan anak-anaknya. Sebagai informasi, Kurniawan termasuk salah satu anak yang dibantu dalam program Anak Asuh Tunas Inspirasi Situbondo. TI Situbondo merupakan salah satu salah satu gerakan peduli pendidikan yang digagas teman-teman saya dari Alumni SMA 1 Situbondo angkatan 1993. Program TI yang baru berjalan setahun ini baru terbatas pada penberian beasiswa kepada anak tidak mampu dan yatim dari tingkat TK hingga SMU. Terdapat 26 Anak Asuh yang kini dibina oleh TI situbondo dan tiap 3 bulan meningkat jumlahnya. Selain memberi beasiswa, TI Situbondo juga memberikan bimbingan moral kepada orang tua melalui pengajian dan kegiatan yang membangkitkan semangat siswa melalui rekreasi Saya mendapat inspirasi baru dari seorang wanita tangguh penjual Mie Pangsit yang juga teman saya sewaktu sekolah SMU dulu. Yayuk dan keluarganya memberi energi baru bagi saya untuk terus menumbuhkan semangat bekerja untuk membangun generasi yang kuat. Tidak hanya kuat bekerja namun kuat memberi hak pendidikan yang baik bagi anak-anaknya. Harapan Kurniawan dan Yayuk serta keluarga Indonesia lain yang mendambakan generasi yang kuat akan lebih mudah terwujud dengan dukungan kita semua. Situbondo, 3 Nopember 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun