Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Hari Air Sedunia 2012 (3): Stop Penjajahan Atas Air

22 Maret 2012   03:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:38 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332386053120402659

[caption id="attachment_170113" align="aligncenter" width="448" caption="Slogan Hari Air Sedunia "][/caption]

Dalam sebuah acara diskusi kelompok terarah dengan para perwakilan warga masyarakat yang berasal dari 10 Desa/Kelurahan/Kampung di sekitar Cicurug dan Cidahu Kabupaten Sukabumi, salah satu warga bercerita :

”Saat ini kami kesulitan air, Pak. Air sumur semakin dalam. Air Sungai juga menyusut. Sawah kami juga sulit dialiri air kecuali harus memakai mesin pemompa. Ini karena pabrik Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang sudah menyedot air tanah demikian banyak. Pipa-pipa air mereka yang besar untuk kebutuhann pabrik membuat jatah air kami semakin berkurang.”

Ya, itulah kondisi saat ini dari masyarakat pengguna air di desa yang letaknya di Kaki Gunung Salak Kabupaten Sukabumi. Di dua kecamatan tersebut beroperasi 20 perusahaan AMDK. Faktanya, masyarakat yang tinggal di dekat sumber air pun, saat ini mulai kesulitan mengakses air bersih. Mereka seolah ’terjajah’ oleh perusahaan AMDK yang dengan peralatan canggihnya mampu mengambil air langsung dari sumbernya.

”Kami sempat rebutan dan konflik antar dusun gara-gara rebutan jatah, sampai-sampai pipa air ada yang dipotong dan dialihkan. Seperti perang saja, Pak.”

Demikian salah satu warga dari salah satu desa menegaskan kondisi yang memprihatinkan atas perebutan sumber air ini.

Penjajahan tak selalu berhubungan dengan ideologi, penjajahan juga menimpa sumberdaya ir. Air adalah barang publik yang kini menjadi rebutan yang berujung konflik. Konflik skala Negara terjadi pada pejajahan Israel atas Palestina. Israel dengan program perluasan pemukiman yahudi, tak hanya merampas tanah rakyat palestina. Israel juga telah menutup akses warga palestina terhadap sumber air.

Republika online mengabarkan bahwa pembangunan pemukiman yahudi di atas tanah palestina membuat pasokan air tanah Palestina di Tepi Barat kritis dan mengkhawatirkan. Sumber air yang tersisa berjumlah 26 buah teracam dikuasai dan dirampas para pemukim Israel sebagai akibat kunjungan dan patroli rutin yang Israel lakukan. Menurut laporan Hareetz, sebagian sumber air berada di Dewan Daerah Mateh Binyamin. (Baca : Israel Rampas Puluhan Sumber Air Palestina)

Delapan mata air yang sepenuhnya diisi permukiman Israel, pemasangan pagar dan pencaplokan oleh pemukiman Yahudi telah digunakan guna menghalangi orang Palestina memperoleh akses ke air bersih.

Terjadi dampak ekonomi atas berkurangnya akses ke mata air. "Hilangnya akses ke mata air dan tanah yang berdampingan dengannya mengurangi penghasilan petani yang terpengaruh, yang dipaksa berhenti mengolah tanah atau menghadapi kekurangan produksi tanaman mereka," kata laporan itu.

“Penjajahan” atas sumberdaya air sama artinya dengan penjajahan atas hak hidup manusia. Tanpa air akses terhadap kebutuhan dasar akan tertutup. Sektor pertaniaan yang input produksinya memerlukan air akan mati. Padahal air adalah barang publik yang siapapun berhak atasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun