Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ramadhan 'Tanpa' Tempe Tahu

24 Juli 2012   07:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:41 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1343113830535480282

[caption id="attachment_196031" align="aligncenter" width="620" caption="Perajin Tahu (dok. Kompas.com)"][/caption]

“Kakak, tolong belikan tempe di Warung Bu Dahri” “Iya Ummi…”

Demikian percakapan ringan istri saya dan Nuha, anak pertama saya tiga hari lalu. Istri saya sudah mencari tempe di pasar Ciampea Bogor tapi sangat sulit. Istri saya menyuruh Nuha ke warung yang jaranknya 200 m dari rumah. Mungkin disana ada, karena biasanya pemiliki warung berangkat ke pasar paling pagi.

Ternyata Nuha pulang tanpa membawa tempe. Alamat Sahur tidak pakai tempe. Padahal tempe adalah lauk favorit kami. Ternyata kesulita kami mencari tempe menjadi isu nasional saat ini. Tempe Langka? Sungguh peristiwa yang langkas seumur hidup saya. Bagaimana bisa?

Ternyata ujung pangkalnya ada di urusan kedele. Sejak harga kedelai naik menjadi Rp 8.000, -dari sebelumnya sekitar Rp. 5.200,- Perajin tempe kesulitan mengatur produksi. Selain itu, laba yang mereka dapatkan pun tipis. Menurut para perajin tempe, tingginya harga kedele membuat mereka menjerit. Karena modal yang mereka keluarkan tidak sebanding dengan untung yang mereka dapatkan. (merdeka.com : Pembuat Tahu Tempe Mogok Produksi Tiga Hari)

Bahkan dikabarkan oleh merdeka.com Wakil Ketua DPR pun ikut bicara dengan kelangkaan tahu tempe ini. Pramono mendesak pemerintah segera menyelesaikan masalah mahalnya harga kedelai. "Kalau tempe tahu hilang, saya akan ikut demo, saya penggemar tahu tempe juga," kata Pramono.”

Rencananya Koperasi Perajin Tempe Tahu Indonesia (Kopti) mulai mogok sejak Rabu (25/7) besok sampai Jumat (28/7). Jika mogok itu benar terjadi, artinya selama tiga hari ke depan, Jakarta akan krisis tahu tempe karena tidak dijual di pasaran. (baca merdeka.com : Wakil Ketua DPR akan ikut demo bila tahu tempe hilang)

Mahalnya harga kedele yang berimbas pada langkanya tempe dan tahu merusak suasana ramadhan yang hikmat. Sesama perajin tempe sudah terbakar emosinya. Seperti yang diberitakan KOMPAS.com- Dua perajin tempe, M Ghozali (63) dan Sukirno (40), melapor ke pihak Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat, Selasa (24/7/2012) dini hari. Ia melapor tempat usaha pembuatan tempenya dirusak Slamet dan kawan-kawannya. Dalam laporan itu, keduanya mengatakan, Slamet dan teman-temanya mendatangi tempat usaha Ghozali di Jalan Haji Ung, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin malam sekitar pukul 23.00. (Baca kompas.com : Tak Mau Mogok Buat Tempe, Tempat Usaha Dirusak )

Bagi saya, pembuat tempe sangat berjasa bagi banyak orang. Pembuat tempe dengan dedikasi tinggi telah berjasa memenuhi kebutuhan kita akan lauk yang begizi dan murah. Ia tidur larut malam mencuci kedelai dan mengupas kulitnya. Ia kemudian memasak berkilo-kilo kedelai hingga matang. Ia meletakkan dan mencampur ragi dengan hati-hati kemudian mencetak kedelai di tempatnya. Semua dilakukannya dengan memelihara pikiran dan hatinya agar selalu tenang.

Tidak sedikit anak-anak penjual tempe meraih kehidupan sukses. Ini hasil dari kerja orang tuanya yang senantiasa memelihara pikirannya agar tenang. Penjual tempe tentu saja tidak jualannnya berupa tempe busuk yang beracun atau tempe tidak matang yang membuat sakit perut.

Keberhasilan membuat tempe yang tergantung pada ketenangan pikiran dan hati mungkin dipandang sebagai mitos belaka. Faktanya pembuat tempe selalu dihadapkan pada kegagalan membuat tempe saat pikiran dan hatinya tidak tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun