[caption id="attachment_166380" align="aligncenter" width="355" caption="Dhana, Adik dan Ibunya (Dok. Majalah Tarbawi)"][/caption] Kasus korupsi yang ditujukan pada Dhana Widyatmika (DW) semakin heboh. Kasus ini malah diberi gelar yang sebagai The Next Gayus atau Gayus Jilid II. Angka korupsi uang Rp. 60 miliar sampai saat ini belum jelas sumbernya dari mana (Baca tulisan Sutha Asta Alfaraby "Sumber Angka 60 Miliar Masih Teka Teki") Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyebutkan telah menemukan transaksi Dhana yang mencurigakan dan tersebar di 21 bank. Salah satunya berupa kiriman uang senilai US$ 250 ribu atau sekitar Rp 2,25 miliar pada Januari lalu. Sosok DW sendiri akhirnya menjadi sorotan berbagai kalangan. Kini muncul artikel di jejaring sosial dan blog tentang perilaku sangat terpuji dari DW yang pernah dimuat di Majalah Islam Tarbawi September 2007 (Baca : Dhana Widyatmika, Lelaki di Pintu Surga ). Saya sendiri pernah membaca kisah DW yang sangat memuliakan orang tuanya langsung dari Majalah Tarbawi. Kisah DW di Majalah Tarbawi seperti sebuah kisah legenda orang-orang mulia dulu yang begitu luasr biasa memuliakan Sang Ibu. Suaranews.com juga mewawancarai reporter majalah tersebut yang memilih DW sebagai sosok teladan dalam majalahnya. Hasil wawancara panjang itu sudah dimuat Majalah Tarbawi Edisi 164 Th.8/Ramadhan 1428 H/21 September 2007 M. Edisi khusus bulan puasa. Judul aslinya "Meski Dalam Kondisi Sakit, Berkah dari Ridho Ibu Tidak Berubah." Suaranews mengutip pernyataan Widowati bahwa dilihat dari segi kecukupan harta, DW bukan seorang pria muda yang kekurangan. Bahkan bisa dibilang sebagai orang yang berada, tetapi kerelaannya dengan ikhlas ingin berbakti kepada orang tuanya itulah sebuah hal yang sangat langka. Berikut beberapa petikan suaranews.com tentang sifat terpuji DW yang disampaikan oleh Widowati repoter Majalah Tarbawi : Suatu kali Widowati pernah menjumpai Dhana Widyatmika dalam sebuah wawancaranya menghentikan perbincangan lantaran ibunya ingin buang air besar, dan sang pembantu terlihat jijik ketika ingin memberikan pispot kepada ibunda Dhana Widyatmika. Ia langsung meminta maaf untuk menghentikan sejenak wawancara tersebut, dan langsung mengambil beberapa tisu dan diletakkan diatas tangannya lalu ia memindahkan pispot yang diberikan pembantunya. Dia ikhlas Dhana Widyatmika menengadahkan tangannya untuk menampung berak Sang Ibunda. Setelah semua itu selasai, wawancara pun dilanjutkan. Reporter majalah Islam Tarbawi menanyakan mengenai tindakan Dhana Widyatmika kepada ibundanya tersebut. “Saya kasihan sama ibu jika beliau berak harus dengan pispot, takutnya pantat ibu sakit ketika terkena pinggiran pispot,” ungkap Dhana. Widowati seringkali melihat betul tindakan Dhana Widyatmika terhadap sang ibunya. "Saya melihat sendiri bagaimana dia merawat ibunya dengan penuh kasih sayang. Tidak banyak orang muda yang sebaik itu. Beliau mengantar ibunya cuci darah saat jam kerja." jelas Widowati. Saat ini perubahan besar terjadi pada kehidupan DW. Setelah menjadi tersangka korupsi, DW bak orang yang paling bersalah di negeri ini. Banyak orang menghujat dan menghakimi. Seolah media sudah memberi cap bersalah sebelum ada keputusan pengadilan. Bahkan yang mengherankan setelah selesainya pemeriksaan Dhana Widyatmika di gedung bundar Pidana Khusus Kejaksaan Agung (Pidsus Kejagung), kamis (02/02), beberapa oknum wartawan membentak-bentak DW saat meminta untuk difoto wajahnya. Saya melihat ada perbedaan antara sosok DW dengan Gayus. DW berani datang memenuhi panggilan ke Kajagung sedangkan GT melarikan diri ke luar negeri. DW memperlihatkan wajah tertunduk malu dan meneteskan air amata diwajahnya saat diserbu wartawan, sedang Gayus memperlihatkan wajah datar dan malah sesekali tersenyum. Diantara derasnya pemberitaan tentang buruknya kinerja aparat penegak hukum dan skandal korupsi kader Partai Demokrat, berita tentang DW sedikit mengalihkan perhatian isu pemberantasan korupsi. yang tak kunjung menyentuh sosok kunci atau dedengkot koruptur. Akankah DW bisa membuka lebar jalan bagi tertangkapnya koruptor kelas kakap? Tak ada yang bisa menjamin seseorang akan menjadi sosok yang tetap baik saat ini seperti lima tahun lalu seperti halnya DW. Namun, akankah DW begitu saja menyakiti hati Ibunya yang telah belasan tahun dirawatnya dengan perbuatan yang memalukan. Semoga keadilan yang sebenarnya terkuak nantinya. Tuhan Maha Adil. Salam keadilan,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H