Sore itu seperti biasa agenda ternak teri (anter jemput anak dan istri) saya lakukan usai pulang kampus. Jalur biasa, melewati komplek Kejaksaan menuju Puri Zahara 2 adalah rutinitas sehar-hari di Medan. Dua anak saya, Faruq dan Aisyah begitu menikmati perjalanan bersama Abi nya sore ini.
Saat kami melewati Jalan Rinte, sebuah pemandangan tidak biasa membuat saya tersentak. Saya melihat gerobak jualan yang dikendarai oleh seorang lelaki muda. Itu hanya gerobak jualan Tape Pulut dan Tape Ubi. Bukan jualannya yang menarik saya tapi penjualnya. Penjualnya seorang yang ‘maaf’ tanganya buntung.
“Bang, itu abang gak punya tangan, ya.” Tanya saya pada Faruq anak ketiga saya.
“Iya Bi.”
Saya sudah melewatinya serastus meter jaraknya. Saya langsung berbelok seketika.
“Yuk, kita kejar Abang itu.”
“Abi mau donasi?” tanya Faruq?
“Kita beli aja dulu Bang. Biar laris daganganya.”
Saya tersenyum pada kedua anak saya ini. Mereka sudah mempersepsikan saya, bila berjumpa dengan orang-orang semacam penjual tape itu selalu terpikir akan memberi donasi. Saya terharu dengan pikiran spontan anak saya ini.
Tak sampai satu menit lelaki penjual tape itu tersusul oleh saya di Jalan Stela Raya kearah Sekolah Al Hijrah.
“Bang, Beli Bang!.” teriak saya.