Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dengan Cara Apa Kita Mati?

11 Juni 2012   18:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:06 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bayangkanlah suatu hari kita berjalan menuju sebuah lembaga yang mengurusi proses kematian. Bayangkan kita memesan satu keranda mayat. Ketika keranda dibawa masuk ke dalam ambulan, bayangkan pula kita berada didalam keranda itu.

Kemudian. bayangkan keluarga kita beramai-ramai mengantar keranda ke kuburan untuk terakhir kalinya. Ketika sudah keranda masuk ke kuburan, dan kuburan ditutup dengan tanah, orang-orang di dekat kubur kita menyampaikan beberapa kata sambutan.

Bayangkanlah yang memberi kata sambutan adalah 4 orang.
1. Keluarga
2. Teman Kantor/Kuliah
3. Teman Organisasi Anda
4. Sahabat karib Anda.

Jika mereka mengetahui diri kita dengan baik, itu berarti apa yang mereka ucapkan adalah pengakuan atau testimoni yang obyektif. Bayangkanlah kita yang mati tidak punya hak jawab dan tidak punya kesempatan untuk membela diri. Apapun yang mereka katakan itu orang lain akan mengiyakan.

Tanyakanlah pada diri kita sendiri, apa yang kita inginkan untuk diucapkan oleh keempat orang itu

Jika Anda membawa cerita ini ke dalam kehidupan sehari-hari dan kita bisiki hati Anda dari waktu ke waktu, maka dengan cara itu kita akan mendapat gambaran tentang diri kita sehari-hari. Itu akan selalu mengingatkan pada kita tentang cara yang terbaik kematian menjemput kita. Bila bayangan itu selalu hadir, maka itu mengendalikan gerak-gerik kita setiap waktu untuk senantiasa peduli pada bagaimana kita berpisah dengan dunia yang fana ini. Akhirnya kita akan selalu membayangkan betapa berartinya tiap detik, menit, jam, hari, pekan , bulan dan tahun bagi kita untuk menentukan, dengan cara apa kita akan mati.

Sahabat, bagi orang yang menghargai waktu, tentu saja ia akan sangat yang peduli pada apa yang dipikirkan para pelayat tentang dirinya tatkala dia sudah terbujur menjadi mayat. Mereka akan selalu mempersiapkan sebuah kenangan indah yang akan tetap tumbuh dalam hati dan pikiran banyak orang ketika dirinya sudah tidak berada di dunia lagi.

Sahabat, sediakan waktu untuk berpikir, merenung dan bersunyi diri kemudian selalu membisiki diri kita dengan mengingat “dengan cara apa kita akan meninggal?”

*Diadaptasi dari Buku Stephen Covey  “The7 Habitsof Highly Effective People"dan Ceramah Anis Matta tentang Manajemen Waktu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun