Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) makin meluas hinggasaat ini (16/9/19). Karhutla mengakibatkan kabut asap tebal yang menyelimuti wilayah Sumatera dan Kalimantan selama hampir sebulan ini. Sekolah diliburkan dan aktivitas warga di luar ruangan mulai dikurangi. Laporan warga yang menderita ISPA juga semakin banyak.
Di Riau, sekolah diliburkan selama dua pekan. Ini menimpa juga anak penulis yang bersekolah di Kampar Riau yang saat ini diungsikan ke Medan. Di Kalimantan Tengah,kabut asap yang mengakibatkan tingkat kualitas udara berbahaya telah membuat banyak warga khawatir.Â
Joko Mulyono, seorang warga Kota Palangkaraya bercerita pada penulis tentang ibu mertuanya yang saat ini sakit akibat kabut asap. Dia juga mengkhwatirkan istrinya yang sedang hamil akan mendapat damak buruk akibat kabut asap.
Dalam sepekan ini kualitas udara akibat kabut asap karhutla semakin memburuk kondisinya. Berdasarkan pantauan beberapa sumber yang merilis data kualitas udara seperti airvisual.com dan Badan Meteorologi dan Geofisika mencatat hampir semua wilayah terdampak kabut asap kualitas udara dalam level tidak sehat sampai berbahaya.Â
Ini terlihat pada sebaran peta kualitas udata(Gambar 2) yang menggambarkan hasil pengukuran kualitas udara khususnya di Sumatera dan Kalimantan yang hampir tidak ada dalam kondisi sehat dan sedang.
Kondisi paling parah dirasakan oleh warga Kalimantan Tengah Joko Mulyono yang menyebutkan kabut asap tahun ini lebih parah daripada tahun 2015.
Saat ini langit sudah menguning yang menandakan kualitas udara demikian burukdan berbahaya bagi kesehatan. Pada tahun 2015 kondisi udara berbahaya dan langit berwarna kuning baru terjadi pada bulan Oktober.Â
Adapun saat ini kondisi buruk lingkungan lebih cepat terjadi. Pada hari Minggu, 15 September di Palangkaraya tercatat nilai Air Quality Index sebesar 1665 yang berarti berbahaya bagi kesehatan (Gambar 3). Demikian juga dengan hasil perhitungan PM 2.5, kualitasudara di Palangkaraya pada Minggu (15/9/2019) dalam level sangat berbahaya dari jam ke jam.
Kondisi yang sama juga terjadi di Kota Sampit Kota WaringinTimur Provinsi Kalimantan Tengah. Dalam beberapa hari ini Kota Sampit dibekap oleh udara dengan level berbahaya. Catatan BMKG sepanjang hari Minggu kondisi kualitas di kota Sampit dalam tingkat berbahaya (Gambar 4).
Dalam waktu beberapa hari ke depan, kualitas udara di beberapa tempat terdampak kabut asap masih diprediksi dalam level tidak sehat-berbahaya. Data yang tercatat di airvisual.com sampai 21 September 2019, di Kota Palangkaraya masih akan diselimuti oleh kabut asap yang membuat udara berada pada level tidak sehat-berbahaya. (Gambar 5).
Warga bisa memantau perkembangan kualitas udara melalui situs dan aplikasi yang disediakan oleh Air Visual dan BMKG. Air Visual mematok standar kesehatan kualitas udara berdasarkan WHO. Adapun BMKG menetapkan ambien (ambang baku mutu) kualitas udara berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidaup dan Kehutanan (KLHK). Aplikasi ini bisa diunduh di googleplay dengan kata kunci "Air Visual" dan "Info BMKG".
Semoga kabut asap bisa segera berkurang dengan diatasinya karhutla di sumber-sumber titik api. Dalam kondisi udara buruk dan berbahaya sampai berapa lama warga bisa bertahan? Kabut asap ini bisa mematikan bila warga terpapar sangat lama karena mengandung gas berbahaya. Kalangan rentan seperti kaum manula, anak-anak dan ibu hamil akan lebih cepat merasakan dampakburuk kabut asap ini.
Penanganan integral dan komprehensif hendaknya bisa dilakukan oleh pemerintah dan semua pemangku kepentingan untuk menghentikan dampak kabut asap jangan sampai menjadri tragedi kemanusiaan.
Salam Kemanusiaan
Salam Lestari!
Achmad Siddik Thoha
Divisi Mitigasi Konflik dan Bencana
Fakultas Kehutanan USU Medan