Perahu kayu bermotor mulai mengurangi kecepatannya. Setelah sehari perjalanan dari Pelabuhan Babang Pulau Bacan Halmahera Selatan.
Saya bersama rombongan beberapa relawan akhirnya tiba di sebuah desa yang terletak di bagian paling selatan di Pulau Halmahera. Terlihat jelas bangunan yang luluh lantak hampir sama dengan gambar dan video yang beredar sesaat setelah beritaGempa Halmahera Selatan berkekuatan maginitudo 7.2 pada 14 Juli 2019.
Saat itu saya mendarat di sebuah Desa bernama Yomen. Desa ini saya kenal dari seorang relawan yang sudah pernah menyalurkan bantuan ke desa ini, tiga hari pascabencana gempa. Menurut relawan tersebut desa ini terdampak paling parah dari gempa besar di Maluku Utara.
Baru dua puluh meter saya berjalan jiwa saya sedikit terguncang. Sebuah masjid menyisakan kubah yang masih berdiri. Sementara bagian bawah masjid lunglai terkulai roboh. Menurut berita di desa ini ada korban jiwa sebanyak satu orang.
Saya meyakinkan diri bahwa kabar yang beredar tidak ada satupun rumah masih berdiri di desa ini. Kabar ini benar adanya. Ada satu bangunan memang masih berdiri, tapi sudah tidak bisa digunakan karena mengalami retak yang parah.Â
Saya kemudian menaikkan drone yang saya bawa. Saya kelilingi kawasan pemukiman yang berada di pesisir pantai. Ya, semua rumah hancur. Semua runtuh dan rusak berat.
Ada tenda BNPB yang menampung banyak orang dan sebagian digunakan untuk tempat ibadah. Beberapa tenda ada yang berasal dari lembaga masyarakat.Â
Sebagian penyintas berteduh di bawah tenda yang terbuat dari terpal. Sudah hampir sebulan mereka berada di tenda-tenda yang minim fasilitas.
Saya berada di Yomen Kecamatan Pulau Joronga tepat sehari usai Idul Adha. Saya menikmati hari Idul Adha bersama warga Halmahera Selatan, ribuan kilometer jaraknya dari keluarga saya di Medan.Â
Usai shalat Ied, sorenya kami menyusuri desa-desa Halmahera Selatan dengan kapal cepat menyalurkan bantuan. Sampai juga saya ke desa ini. Bantuan segera diturunkan dari kapal dan dinaikkan ke Bukit.
Wakil Bupati Halmahera Selatan Shalat Ied bersama warga Yomen. Kami pun lega karena kehadiran Wakil Bupati juga membawa banyak kebutuhan yang penyintas gempa butuhkan.
Beragam bantuan dari berbagai lembaga mulai masuk keYomen, namun masih belum memenuhi semua kebutuhan untuk hidup layak.Â
Air bersih masih kurang, listrik sangat terbatas dan tempat shalat juga masih sangat darurat. Bahan pangan sementara masih cukup, namun entah dalam beberapa hari ke depan.
Desa ini memang aksesnya sangat sulit. Karenanya perlu mendapat perhatian karena tidak satu rumah pun yang bisa ditempati. Semua hancur.Â
Psikologis mereka juga masih mengalami trauma. Mereka masih butuh kita untuk membantu. Membantu membangkitkan spiritual, psikologis, dan material.
Sehari pasca kemerdekaan, hati warga Yomen mungkin tidak segembira dan seceria kita yang merayakan kemerdekaan dengan beragam lomba bertabur hadiah.Â
Jangan salah, orang Maluku Utara tangguh dan punya jiwa kuat. Mereka sudah teruji sejak dahulu hingga bisa melawan penjajah dan melahirkan banyak pahlawan nasional.
Bangkit Halsel. Sebuah tulisan di kaos salah satu relawan lokal semoga membuktikan bahwa warga Halmahera Selatan cepat bangkit dan kembali meraih masa depannya.Â
Gempa bisa meluluhlantakkan rumah dan harta mereka, tapi jiwa dan semangat mereka sudah bangkit dan tegak menatap kembalimasa depan di bali reruntuhan gempa.
Salam kemanusiaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI