Azan subuh berkumandang. Kupenuhi panggilan-Mu. Kusungkurkan wajahku memohon ampun atas salah dan kesombonganku.
Kulayangkan pandanganku ke seberang sana. Bendera merah putih berkibar gagah dan tegak disokong kayu berbungkus bendera sebuah lembaga relawan.
Jauh pandanganku ke hamparan sawah yang masih menghitam di fajar ini. Di ujung sawah bukit nan indah berkabut mulai memancarkan cahaya. Di tengah sawah itu kutambatkan pandangan cukup lama. Ada gambaran segitiga dari kejauhan. Sebagian segitiga itu ada yang bersinar ada pula yang gelap. Segitiga-segitiga itu adalah kumpulan tenda-tenda pengungsian warga korban gempa. Ada seratusan orang yang bertahan hidup dalam dingin menusuk saat malam dan panas menyengat saat siang.
Apa kabar Lutfi? Balita yang setiap malam menangis dan merintih karena dingin dan badannya gatal-gatal?
Apa kabar Abil ? Anak korban gempa mulai tersenyum setelah lama sulit diajak bocara dan tatap matanya yang kosong.
Apa kabar anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak yang tiap hari bermain, becanda, bercerita bersama kami. Sudahkah ada harapan cerah rumah mereka yang hancur akan berdiri kembali? Apakah trauma anak-anak bisa pulih kembali? Apakah yang sakit sudah sembuh?
Pertanyaan itu tak bisa kujawab. Pemandangan pengungsi itu sudah jauh dari diriku saat ini. Aku tak bersama mereka lagi. Tapi bayangan itu susah kulepas. Tenda segitiga itu menarik kembali memoriku saat menjadi relawan.
Tanggap darurat bencana sudah dicabut pemerintah di Lombok. Usaikah tugas relawan? Kusaksikan tal banyak berubah apa yang ada di Lombok. Puing-puing gempa masih banyak berserakan. Ratusan ribu warga harus rela tinggal di tenda-tenda pengungsian. Ya, pengungsian, yang tak pernah habis cerita tentang kekurangan air, makanan yang menipis, penyakit yang silih berganti berdatangan serta luka trauma yang belum pulih karena seribuan gempa.
Haruskah mereka akan begitu saja ditinggalkan? Tidak, ternyata tidak. Masih banyak relawan yang bertahan disana. Masa darurat yang dicabut bukan alasan para relawan cabut dari Lombok. Mereka banyak yang tetap bertahan. Mereka akan tetap membersamai korban bencana melewati masa sulit.
Sahabat, adakah diantara kalian yang ingin ikut atau kembali berjuang demi kemanusiaan? Mari bersama bantu Lombok Bangkit. Jangan diamkan jarimu, pikiranmu, uangmu dan waktumu tak tersangkut sama sekali untuk membantu Lombok Bangkit.
Salam Kemanusiaan.
Achmad Siddik Thoha - Relawan Relindo dari Sumut
HP. 0812-8530-7940