"Saya berpuasa karena saya bekerja bersama Anda. Saya harus bersama juga dalam hal ini (berpuasa). Saya juga ingin merasakan dampak kesehatan dari berpuasa."
Ungkapan diatas keluar dari Prof Peter Z Fule, seorang ahli kebakaran hutan dari Northern Arizona University (NAU), ketika saya bertanya kenapa Ia ikut berpuasa seperti kami. Kami, saya dan teman-teman dari Universitas Sumatera Utara, mendampingi Peter (demikian Prof Peter Z Fule lebih suka dipanggil) selama empat hari untuk melakukan penelitian kebakaran hutan di  kawasan hutan daerah Dolok Tusam di di beberapa desa di Kecamatan Pangaribuan dan Garoga Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara.
Peter meskipun non muslim ikut menjalani 'puasa' sejak hari kedua Ia menjejak negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia. Ia tiba di Indonesia tepat pada hari pertama Ramadan, Kamis, 17 Mei 2018. Hari pertama puasa, Peter datang ke kampus tempat saya, mengajar, Fakultas Kehutanan USU untuk mengisi kegiatan Public Lecture dengan judul "Forest Fire Investigation Using Tree Ring Method".
Pada hari pertama puasa Peter masih belum berpuasa. Ia masih menikmati kopi dan teh tetapi menolak ditawari makan siang karena tahu semua sedang berpuasa. Peter dan mahasiswa S2 NAU minta didampingi untuk melakukan penelitian di daerah Tapanuli Utara saat kami sedang berpuasa.
Sejak hari kedua Ramadan, kami dan peter memulai perjalanan dalam rangka penelitian di hutan yang berjarak 300 km dari Kota Medan. Setiap hari kami naik turun bukit, keluar masuk hutan dan bolak-balik naik mobil menyusuri perkampungan. Peter mengikuti ritme kami selama bulan Ramadan. Ia ikut sahur, tidak makan dan minum pada siang hari serta makan bersama saat berbuka puasa.
Peter menahan lapar dan dahaga saat tubuhnya membutuhkan energi besar melakukan penelitian tentang kebakaran hutan. Lokasi penelitian kebakaran biasanya adalah hutan yang rusak, terjal, terbuka dan terekspose sinar matahari. Tentu rasa haus dan lapar semakin terasa.
"Kami meyakini bahwa puasa bukan hanya ibadah yang diperintahkan Tuhan pada kami. Puasa juga membuat kami lebih sehat dan jiwa lebih kuat."
Peter mengangguk sambal berkata, "It's good."
Peter sukses 'berpuasa' secara fisik. Ia sukses melewati segala tantangan haus, lapar, lelah dan panas. Ia berhasil menyelesaikan 'puasanya' dengan sukses. Saat hari kelima Ramadan usai berbuka puasa, Ia mengatakan pada saya dalam Bahasa Inggris yang terjemahannya seperti ini:
"Ini adalah pertama kali saya merasakan Ramadan di negeri muslim. Saya baru pertama kali merasakan puasa. Saya merasa lebih baik setelah berpuasa."
Ramadan penuh berkah. Ramadan yang menyatukan kebersamaan antar sesama manusia. Semoga ibadah Ramadan kita diterima Allah SWT. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H