Liburan ke pantai, itu mah sudah biasa. Liburan menginap di villa di tempat yang dingin dan tinggi, itu sudah lumrah. Atau liburan ke sanak keluarga yang memiliki kebun luas, itu sudah sangat sering. Nah kalau liburan main bareng anak kampung di tempat bencana, apa iya mau? Kalau liburan sambil ikut mendampingi pengungsi melalui hari-harinya, apa tidak Bete?
Ternyata, ada hal yang tidak diperoleh dengan liburan lain kalau kita mengajak keluarga mengisi waktu dengan melibatkan keluarga dalam aksi sosia kemanusiaan. Mereka terbiasa beradaptasi dengan lingkungan yang tidak nyaman dengan cepat. Terkadang kita melalui jalan-jalan yang sulit untuk mencapai lokasi itu. Itu membuat liburan mereka menjadi sangat berkesan.
Mereka bisa bercerita kepada teman-temannya bahwa mereka (anak-anak saya) barusaja melakukan petualangan mengunjungi pengungsi, ikut makan bareng dengan korban bencana atau bermain dengan anak-anak jalanan yang sedang ikut kegiatan pembinaan. Anak lelaki saya, Faruq (11 tahun) mengatakan pada saya,
"Ini liburan terbaik abang, Abi,"
Berkegiatan sosial kemanusiaan bersama adalah sarana yang bisa membuat saya dan keluarga bisa mengasah kepekaan sosial. Apalagi bila itu dilakukan sejak dini, bisa diharapkan saat anak-anak sudah menginjak dewasa mereka sudah memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Saat saya mengajak keluarga melakukan aksi kemanusiaan, saya melibatkan mereka dengan memberi peran.
Misalnya saat berkunjung melakukan penyaluran ke Sekolah Darurat DI Pidie Jaya Aceh, setahu silam, saya membagi tugas kepada istri dan anak saya agar mereka bisa berinteraksi dengan anak sekolah yang belajar di tenda pengungsian. Hasilnya keluarga saya memiliki kesan mendalam dan bersama-sama ikut membantu secara aktif saat saya melakukan aksi kemanusiaan lainnya.
Sudah barangtentu, kegiatan sosial yang saya jalani akan menyita waktu bersama dengan keluarga. Agar waktu liburan bisa maksimal digunakan untuk keluarga dan kegiatan sosial kemanusiaan, saya sekalian melibatkan keluarga di berbagai aksi. Alhamdulillah dengan terlibatnya istri dan anak-anak saya dalam kegiatan sosial kemanusiaan, mereka memahami, mengapa orangtuanya perlu sesekali keluar menjumpai orang-orang yang perlu dibantu.
4. Membiasakan Berempati pada Penderitaan Orang lain
Empati tidak serta-merta muncul. Empati muncul karena pembiasaan dan latihan. Aksi sosial kemanusiaan yang kami lakukan bersama adalah salah satu cara untuk memberikan pendidikan karakter melalui learning by doing dan learning by experience. Makin sering ikut terlibat dalam aksi sosial kemanusiaan, meskipun hanya ikut melihat, diharapkan bisa mengasah jiwa empat terhadap sesama, tanpa banyak memberikan nasehat yang rumit dengan kata-kata. Teladan adalah pendidikan terbaik. Itu yang saya dan istri saya yakini dan praktekkan kepada anak-anak kami.