Lelaki penjual tape itu menghentikan gerobak yang didorong kreta (sepeda motor). Kreta Abang penjual tape ini sudah dimodif dengan setang (stir) yang unik menyesuaikan pengendaranya yang hampir tidak memiliki tangan. Ini terlihat dari lengan baju pendeknya yang tak mampu mengelurakn bentuk fisik tangan seperti normalnya manusia. Untuk menjalankan kreta gerobaknya, penjual tape memodif gas dan rem berada di dekat kaki.
“Masya Allah” hati saya berdegub.
“Bang, jual apa? saya memulai pembiacaraan.
Lelaki itu membuka gerobaknya. Nampak jejeran rapi barang berbungkus daun pisang yang beraroma menyengat dan kantong plastik berisi potongan-potongan kecil berwarna kuning. Ya, dengan udah saya kenali dagangan lelaki muda yang nerewajah ramah ini adalah tape pulut (ketan) dan tape ubi. Di bagian belakang gerobak penjual tape ini tertulis jelas:
“Tape Pulut/Ubi….Sugeng.”
“Sugeng?” dahi saya berkerut sedikit menebak kata ini.
“Berapaan Bang?”
“Yang pulut seribu, yang ubi dua ribu.”
Saya mengambil sepuluh tape pulut dan tiga tape ubi. Sebenarnya tidak terlalu pengen dengan tape sih, tapi lebih ingin bisa ngobrol lelaki yang menyulut kembali nurani saya.
“Nama Abang siapa?”
“Sugeng.”