Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menikmati Hangatnya Tape Mas Sugeng

19 Januari 2017   18:30 Diperbarui: 19 Januari 2017   18:46 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mas Sugeng dan Saya di Jalan Stela Raya Medan (dok. pribadi 19/1/2017)

Lelaki penjual tape itu menghentikan gerobak yang didorong kreta (sepeda motor). Kreta Abang penjual tape ini sudah dimodif dengan setang (stir) yang unik menyesuaikan pengendaranya yang hampir tidak memiliki tangan. Ini terlihat dari lengan baju pendeknya yang tak mampu mengelurakn bentuk fisik tangan seperti normalnya manusia. Untuk menjalankan kreta gerobaknya, penjual tape memodif gas dan rem berada di dekat kaki.

“Masya Allah” hati saya berdegub.

“Bang, jual apa? saya memulai pembiacaraan.

Lelaki itu membuka gerobaknya. Nampak jejeran rapi barang berbungkus daun pisang yang beraroma menyengat dan kantong plastik berisi potongan-potongan kecil berwarna kuning. Ya, dengan udah saya kenali dagangan lelaki muda yang nerewajah ramah ini adalah tape pulut (ketan) dan tape ubi. Di bagian belakang gerobak penjual tape ini tertulis jelas:

“Tape Pulut/Ubi….Sugeng.”

“Sugeng?” dahi saya berkerut sedikit menebak kata ini.

“Berapaan Bang?”

“Yang pulut seribu, yang ubi dua ribu.”

Saya mengambil sepuluh tape pulut dan tiga tape ubi. Sebenarnya tidak terlalu pengen dengan tape sih, tapi lebih ingin bisa ngobrol lelaki yang menyulut kembali nurani saya.

“Nama Abang siapa?”

“Sugeng.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun